Karena situasi politik yang terus memburuk di Suriah, maka Hamas memindahkan kantor pusatnya dari Damaskus ke Qatar. Menurut laporan Hamas akan segera memindahkan markas politiknya ke Qatar dari Damaskus, ujar sumber Palestina mengatakan kepada koran Dar Al-Hayat, Sabtu.
Menurut laporan kantor berita Maan, datang sehari setelah faksi Palestina dan Fatah setuju menandatangani kesepakatan rekonsiliasi yang akan menyatukan kembali wilayah yang diduduki.
Kepala Biro Politik Hamas Khaled Misha’al akan bertemu Presiden dan pemimpin Fatah Mahmoud Abbas di Kairo pada hari Kamis untuk menandatangani kesepakatan itu, kata wakil dari politisi independen Yaser Wadeiyah.
Wadeiyah mengatakan faksi Palestina akan mengadakan pertemuan di Kairo pada hari Selasa dan Rabu. Abbas dan Misha’al akan tiba di ibukota Mesir pada Rabu malam menjelang upacara penandatanganan resmi pada hari Kamis.
Ini akan menjadi kali pertama dua orang telah bertemu sejak Gerakan Islam Hamas menguasai Jalur Gaza pada bulan Juni 2007, mengusir Fatah dari wilayah pesisir setelah seminggu pertempuran jalan berdarah.
Abbas terakhir bertemu dengan pemimpin Hamas di pengasingan, yang berbasis di Damaskus, pada akhir April 2007, hanya enam minggu sebelum pertempuran yang secara dramatis memperburuk perpecahan antara dua faksi itu.
Wakil resmi Fatah Azzam Al-Ahmad mengatakan, kesepakatan rekonsiliasi akan ditandatangani di markas Liga Arab, dan bahwa faksi-faksi Palestina juga akan hadir.
Al-Ahmad memimpin delegasi Fatah dalam pembicaraan dengan Hamas, yang pada hari Rabu menghasilkan kesepakatan tercapai perjanjian menyatukan kembali antara Hamas-Fatah, sebagai peristiwa yang sangat bersejarah. Pemimpin Hamas di Gaza, Ismail Haniyeh, berbicara setelah shalat Jumat, meminta Abbas untuk tidak membiarkan kekuatan luar, yaitu Israel dan Amerika Serikat, mempengaruhi kesepakatan.
"Setiap perjanjian Palestina-Palestina pasti akan menghadapi tantangan dan hambatan. Tetapi dengan kehendak, tekad dan niat yang tulus, kita dapat mengatasi kendala tersebut, terutama hambatan Israel dan Amerika," kata Haniyan.
Langkah persatuan Palestina dianggap sebagai penting untuk sebuah negara Palestina yang merdeka. Abbas telah mendorong mendapatkan dukungan PBB, yang akan mendeklarasikan negara Palestina September nanti, di mana wilayah Palestina wilayah diduduki Israel dalam perang 1967.
Pembicaraan perdamaian antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina mogok tahun lalu setelah Israel bersikeras gedung pengadilan dunia memutuskan settlemenst ilegal di tanah Palestina yang diduduki. (mh/wb)