Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengkritik pidato Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas di depan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Hamas mencatat bahwa pidato tersebut “tidak menjelaskan perbedaan antara gerakan perlawanan yang sah dan gerakan terorisme yang dikutuk.” Meskipun demikian Hamas juga menyambut baik pengumuman Abbas mengenai kedatangan pemerintah rekonsiliasi ke Gaza. Dan berjanji untuk bekerja sama menuju kesuksesan rekonsiliasi.
Gerakan Hamas mengatakan bahwa pidato Presiden Abbas di depan Majelis Umum PBB “mengandung semangat untuk mengakui kegagalan proyek permukiman dan negosiasi dengan pendudukan, serta mengandung logika mengemis hak-hak rakyat Palestina, yang berusaha untuk bebas dari pendudukan dengan segala cara yang sah.”
Juru bicara Hamas Fawzi Barhoum mengatakan dalam sebuah pernyataan pers bahwa ” pidato abbas tidak membedakan antara menolak pendudukan sebagai hak dan terorisme yang dikecam oleh semua hukum dan norma internasional.”
Di sisi internal Palestina, Hamas menyambut baik pengumuman Presiden Abbas atas kedatangan pemerintah rekonsiliasi ke Gaza, dan menekankan bahwa “hamas akan berkerja untuk mewujudkan misi rekonsilias dan akan melanjutkan langkahnya dengan mencurahkan semua upaya dalam rangka mempromosikan proyek nasional dan menghadapi pendudukan.”
Sebelumnya pada hari Rabu, presiden Palestina tersebut mengumumkan bahwa pemerintah rekonsiliasi akan melakukan perjalanan ke Jalur Gaza pekan depan setelah Hamas mengumumkan pada hari Minggu lalu bahwa pihaknya akan membubarkan komite administratif yang bertanggung jawab untuk mengelola institusi pemerintahan di Gaza.
Dalam pidatonya, Abbas menyerukan tinjauan strategis dan komprehensif mengenai proses perdamaian karena Israel menolak solusi dua negara tersebut dan menolak semua komitmen, piagam dan resolusi internasional dalam menyelesaikan masalah Palestina.
Abbas mengatakan bahwa Israel tidak mematuhi persyaratan kesepakatan Oslo pada tahun 1993 dan telah meninggalkan solusi dua negara dengan dalih kurangnya mitra Palestina. “Zionis Israel bersikeras menggagalkan proses perdamaian dengan terus membangun permukiman sehingga tidak ada tempat yang tersisa bagi warga negara Palestina,” katanya, ia menekankan bahwa situasi ini tidak dapat diterima oleh orang-orang Palestina dan masyarakat internasional.
Dia menambahkan bahwa Israel menduduki Yerusalem dan mencaploknya dengan sebuah keputusan sepihak, dalam sebuah langkah yang ditolak oleh dunia, dan menekankan bahwa zionis Israel telah mengabaikan resolusi Dewan Keamanan.
Abbas bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di sela-sela Sidang Umum di New York dan mengatakan bahwa pertemuannya tersebut merupakan kesaksian akan keseriusan Trump tentang kesepakatan damai Timur Tengah.
Trump mengatakan bahwa mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina bisa menjadi “kesepakatan paling sulit,” namun Trump tidak menjelaskan bahwa kesepakatan itu akan menjadikan negara Palestina merdeka tanpa keberadaan Israel. (aljzr/hr)