Sinwar melanjutkan dengan mengatakan bahwa Hamas hanya menggunakan “50 persen dari kekuatannya” dalam putaran terakhir pertempuran dengan penjajah Israel bulan lalu. Menurutnya, tujuan strategis dari perang itu adalah untuk menyatukan orang-orang di belakang Hamas.
“Israel telah gagal menghancurkan kemampuan kami untuk melawannya. Rencana mereka untuk membunuh sepuluh ribu pejuang gagal,” katanya.
“Israel tidak menghancurkan lebih dari 3 persen terowongan di Gaza. [Metro Hamas] tidak hancur karena kami mencintai tanah kami dan itu mencintai kami kembali,” paparnya, seperti dikutip Israel Hayom, Senin (7/6/2021).
Klaim oleh kelompok Hamas itu bertentangan dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang mengatakan bahwa mereka menghancurkan lebih dari 100 kilometer (60 mil) terowongan Hamas di Jalur Gaza dalam pertempuran baru-baru ini.
Sinwar mengatakan tujuan strategis Hamas adalah untuk mematahkan harga diri Zionis Israel yang dia sebut musuh kriminal dan arogan.
Dia mencemooh penjajah Israel karena membangun tembok di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza. “Negara macam apa ini yang harus membangun tembok seperti itu? Israel ribuan kali lebih lemah daripada rumah seekor laba-laba. Israel adalah negara yang lemah dan goyah,” katanya.
Pemimpin Hamas itu juga menyerukan perlunya “mempertahankan” Yerusalem.
“Setiap orang Palestina akan membela kami yang tersisa di Yerusalem dan di Sheikh Jarrah,” kata Sinwar.
“Jika konflik pecah lagi—bentuk Timur Tengah akan berubah. Kami telah membuktikan bahwa ada orang-orang yang bersedia mempertahankan Masjid al-Aqsha dan siap membayar harga yang mahal. Kami menggagalkan proyek Zionis, Talmud, dan alkitabiah untuk membagi Masjid Al-Aqsa dalam ruang dan waktu antara Muslim dan Yahudi,” imbuh dia.
Sinwar kemudian berbicara kepada negara-negara di dunia, meminta mereka untuk berinvestasi di Gaza dan berjanji bahwa dana tersebut tidak akan digunakan dalam perang dengan Israel.
Dia juga mengisyaratkan bahwa Hamas tidak tertarik untuk terlibat kembali dalam pembicaraan di Kairo dengan faksi Fatah, menyebutnya hanya buang-buang waktu.
“Setiap pembicaraan tentang pemerintah dan konferensi yang bertujuan untuk membuang-buang waktu tidak berguna dan tidak dapat diterima,” katanya.
Merespons proposal Otoritas Palestina untuk membentuk pemerintah persatuan setelah Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas membatalkan pemilu parlemen, pemimpin Hamas mengatakan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) harus direstrukturisasi untuk mewakili semua faksi Palestina.
“Dan membangun strategi nasional untuk mengelola konflik [dengan Israel] dan untuk mewujudkan beberapa aspirasi rakyat kita,” katanya.
“Kepemimpinan Fatah dan dunia perlu memahami bahwa PLO tanpa Hamas, Jihad Islam, Front Rakyat [untuk Pembebasan Palestina] dan faksi-faksi lainnya hanyalah teater politik kosong.” [em/sindonews]