Setelah beberapa waktu lalu di Gaza, gerakan Islam Hamas mengkoordinir dan menyelenggarakan pernikahan massal bagi para janda-janda yang suaminya telah syahid. Pada hari Kamis kemarin Hamas kembali mengorganisir dan merayakan pernikahan massal bagi 550 pasangan di sebelah utara Gaza, serta 100 pasangan lagi di kota Gaza.
Pejabat media Hamas Iyad Al-Buzum mengatakan bahwa gerakan Islam Hamas akan memberikan sejumlah uang yang tidak ditentukan untuk setiap pasangan, di samping hadiah untuk masing-masing kedua calon pengantin perempuan dan laki-laki.
Al-Buzum menambahkan bahwa sumbangan berupa uang yang di berikan kepada para pengantin untuk menghadapi masa-masa sulit karena blokade yang dikenakan pada Gaza. Dia juga mengatakan bahwa pesta pernikahan akan dimulai di lapangan Al-Fakhura, di mana sejumlah warga Palestina terbunuh dalam serangan terakhir Israel diwilayah itu.
"Ini adalah pesan bagi penjajah Zionis Israel, bahwa rakyat Palestina dapat terus bertahan hidup, dan tetap memegang prinsip perlawanan terhadap Zionis," kata Al-Buzum menegaskan.
Dia menambahkan bahwa perayaan pernikahan akan berlanjut di sebuah panggung yang dipasang di kota Syaikh Zayed dan perdana mentri Hamas – Ismail Haniyah direncanakan akan memberikan kata sambutannya.
Gerakan Islam Hamas telah mengorganisir sebuah pernikahan massal di wilayah At-Tuffah tetangga dari kota Gaza pada awal bulan ini. Diantara pasangan yang menikah pada waktu itu terdapat seorang pengantin pria Muhammad Al-Ay seorang anggota Hamas yang pernah ditahan di penjara Israel selama 17 tahun dan baru dibebaskan.
Juru bicara Hamas – Fawzi Barhoum ikut hadir dalam acara pernikahan massal pada awal bulan ini beserta beberapa pejabat Hamas. Fauzi Barhoum pada acara tersebut menekankan bahwa Hamas akan mengadakan kembali pernikahan massal termasuk di dalamnya untuk pasangan buta pada akhir bulan Juli nanti, dan akan menjadi yang pertama dilaksanakan di Timur Tengah.
Minggu lalu (24/7) di kamp pengungsian warga Palestina di Syria, Hamas juga menyelenggarakan pernikahan massal dari ratusan pasangan pengungsi Palestina, yang terkendala untuk menikah karena mahalnya biaya pernikahan bagi masyarakat Arab.(fq/mna)