Gerakan Islam Hamas mengutuk keras agresi Israel di Libanon selatan hari Selasa pagi (3/8), dan pada saat yang sama, tentara Libanon mempertahankan diri atas kedaulatan negara mereka.
Dr. Sami Abu Zuhri, juru bicara Hamas di Jalur Gaza, menjelaskan hal itu dalam sebuah wawancara dengan PIC terkait serangan Israel ke Libanon selatan, dan menyebut serangan tersebut sebagai cerminan arogansi dan praktek vandalisme Israel di wilayah itu.
"Kami salut atas kepemimpinan politik Libanon untuk mendukung tentara mereka dan memberikan dukungan politik dan menolak untuk menutup invasi Israel, kata Abu Zuhri yang juga menyampaikan belasungkawa Hamas untuk keluarga para tentara Libanon yang tewas dalam bentrokan.
Sementara itu, Dr. Ismail Ridwan, tokoh politik lain di Hamas, menunjukkan bahwa serangan Israel akan dicatat dalam catatan hitam rezim Zionis, sembari menyatakan bahwa agresi di Libanon adalah juga agresi terhadap rakyat Palestina.
Di Damaskus, Hamas mengeluarkan pernyataan resmi mencela agresi Israel dan menegaskan hak Libanon untuk mempertahankan wilayahnya, serta mendesak masyarakat internasional untuk membawa Zionis israel atas pelanggaran hukum dan konvensi internasional.
"Agresi Israel di Libanon merupakan kelanjutan dari kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina dan seluruh Arab dan umat Islam dunia, mengindikasikan bahwa Israel adalah musuh berbahaya bagi perdamaian internasional, keamanan, dan stabilitas karena menjadi rezim yang haus darah," kata Ridwan dalam wawancara dengan PIC.
Menurut sumber-sumber Libanon dan luar negeri, setidaknya tiga tentara Libanon dan satu wartawan yang bekerja untuk surat kabar lokal tewas dalam bentrokan yang meletus ketika sebuah patroli militer Israel menyusup ke wilayah Libanon dekat desa Odaisa dan mulai mencabut pohon dengan tujuan untuk menginstal kamera mata-mata di dalam Libanon meskipun adanya seruan dari militer Libanon kepada mereka untuk segera menarik diri dan menghentikan operasi.(fq/pic)