Petinggi Hamas Mahmoud Zahar menyatakan bahwa perundingan antara Hamas-Israel soal pertukaran tawanan sudah berakhir, karena tidak mencapai kesepakatan. Ia menyebut PM Israel Benjamin Netanyahu sebagai penyebab utama kegagalan perundingan itu.
"Persoalan utamanya, semua orang tahu dan mediator negosiasi juga tahu, campur tangan politik dan campur tangan Perdana Menteri Netanyahu secara pribadi, menyebabkan proses perundingan mengalami kemunduran. Dengan alasan ini, perundingan kami dihentikan," kata Zahar dalam wawancara dengan BBC.
Terbunuhnya komandan militer senior Hamas, Mahmud Abdul Rauf Al Mabhuh di Dubai, juga menjadi salah satu alasan mengapa Hamas memutuskan untuk menghentikan perundingan. Hamas menuding agen-agen intelejen Israel sebagai dalang pembunuhan itu.
"Pembunuhan itu tindakan pengecut Israel untuk menekan Hamas dalam negosiasi pertukaran tahanan," tukas Zahar.
Zahar menambahkan, setelah dihentikan, rasanya sulit bagi Hamas untuk berdialog lagi dengan Israel. Hamas tetap menginginkan Israel membebaskan 1.000 warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel untuk ditukar dengan pembebasan Gilad Shalit, prajurit Israel yang sudah tiga tahun lebih ditawan pejuang Hamas.
"Kami ingin membebaskan warga kami dan memberikan kesempatan bagi keluarga prajurit Israel untuk hidup sebagai manusia. Begitu juga kami. Kami menuntut pembebasan para tahanan Palestina, tapi pihak Israel setelah pembicaraan yang dilakukan ratusan kali, malah membuat negosiasi mengalami kemunduran," sambung Zahar.
Pejabat senior Hamas itu tidak menyebutkan apa langkah Hamas selanjutnya dan apa yang akan dilakukan Hamas terhadap Shalit setelah menghentikan perundingan dengan Israel. Saat ini, jumlah warga Palestina yang berada di tahanan-tahanan Israel mencapai 10.000 orang. Mereka kebanyakan korban penangkapan yang dilakukan Israel secara rutin di wilayah-wilayah Palestina. (ln/bbc/prtv)