Periode 60 hari yang ditawarkan oleh Hamas kepada para antek-antek Zionis Israel untuk menyerahkan diri tanpa konsekuensi, membuahkan hasil. Para pejabat Hamas mengumumkan bahwa sejumlah kolaborator telah menyerahkan diri mereka dan saat ini mereka sedang ‘dibahas’ dalam lingkaran tertutup sehingga tidak membahayakan nama baik mereka.
Pasukan Israel diketahui telah beberapa kali berusaha untuk memaksa warga Palestina menjadi informan mereka dengan imbalan menerima perawatan medis yang diperlukan untuk diri sendiri atau anggota keluarga mereka – sebuah jenis tekanan yang dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional.
Tidak diketahui metode apa yang digunakan untuk merekrut informan tersebut oleh pasukan Israel – yang kemudian dipaksa untuk menyerahkan diri dalam waktu 60 hari dari amnesti yang ditawarkan oleh Hamas.
Namun pemerintah pimpinan Hamas di Gaza mengungkapkan bahwa setidaknya salah satu informan yang meminta amnesti telah memata-matai Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah.
Menurut wakil Hamas, informan itu mengatakan bahwa dia ‘mengawasi’ Perdana Menteri selama perjalanan ke pantai dan ketika Perdana Menteri pergi untuk joging, dan kemudian mengirim informasi tersebut ke agen Israel dengan menggunakan ponsel Israel.
Dua bulan lalu, pimpinan Otoritas Palestina di Jalur Gaza Hamas enawarkan amnesti kepada para kolaborator dalam waktu enam puluh hari, menjanjikan mereka tidak akan diganggu atau dipenjara jika mereka menyerahkan diri secara suka rela.
Di masa lalu, para pendukung Hamas telah dituduh membunuh para kolaborator atau menyiksa mereka selama berada di penjara. (fq/imemc)