Ujian Hamas memimpin Palestina makin berat setelah tuduhan penyelundupan senjata yang dilontarkan Yordania. Namun melalui juru bicara pemerintahan Hamas, Ghazi Hamid, kelompok pejuang Palestina ini membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa Yordania sudah terpengaruh oleh seruan boikot yang dilakukan AS terhadap pemerintah Palestina.
"Saya pikir orang-orang Yordania sendiri lebih tahu dari siapapun juga bahwa tuduhan ini benar-benar sebuah dusta dan kebohongan. Mereka tahu Hamas tidak suka melakukan aktivitas semacam itu," ujar Hamid.
Pada situs Al-Jazeera, Hamid berharap bahwa sejumlah negara Arab membantu Hamas untuk tidak terjebak dalam ‘taktik menyesatkan’ itu.
"Kami berada di bawah penjajahan militer Israel yang jahat. Dan negara-negara Arab saudara kita selayaknya tidak menambah beban kami dengan informasi yang bodoh dan murahan itu," sambung Hamid.
Seperti diketahui, juru bicara pemerintah Yordania hari Rabu (19/4) mengatakan bahwa pasukan keamanannya telah menyita peluncur roket dan senjata lainnya dari tempat persembunyian senjata Hamas.
"Saya menyarankan saudara-saudara kami di Yordania berhenti membuat kebohongan yang murahan untuk membenarkan sikap tunduk mereka yang memalukan pada Israel dan AS," kata seorang menteri Palestina yang tidak mau disebut namanya. Menurut menteri itu, Yordania sudah merekayasa tuduhan untuk memperkuat boikot terhadap pemerintah Palestina, seperti yang dilakukan AS dan Israel.
Selain dituduh menyelundupkan senjata, Hamas juga dituduh memanfaatkan Yordania untuk melakukan aktivitas anti Israelnya.
Komentar Ikhwanul Muslimin
Pemimpin kelompok oposisi terbesar di Yordania, Ikhwanul Muslimin mengecam tuduhan Yordania terhadap Hamas.
Jamal Abu Bakar menuding kerajaan Yordania sudah tercebur dalam konspirasi AS dan Zionis yang menekan negara-negara Arab agar mengisolasi pemerintahan Palestina pimpinan Hamas.
Meski menghadapi tuduhan keji, Menlu Palestina Al-Zahar mengatakan bahwa hubungan antara Palestina dan Yordania tidak akan terputus. Misalnya dengan saling menunda atau membatalkan kunjungan ke kedua negara. Menjawab pertanyaan wartawan dalam kunjungannya ke Arab Saudi, Al-Zahar menegaskan, Hamas tidak menyembunyikan senjata di negara Arab manapun.
Jika berkunjung ke Yordania, Al-Zahar akan menjadi pemimpin Hamas pertama yang berkunjung ke negeri itu sejak pemerintah Yordania mengusir kepemimpinan Hamas di Yordania pada 1999. Politbiro Hamas kini memiliki markas besar di Damaskus, Suriah.
Tuduhan penyelundupan senjata yang dilontarkan Yordania terhadap Hamas, terjadi kurang dari dua minggu setelah Arab Bank yang berbasis di Yordania menghentikan semua urusan keuangan dengan pemerintah Palestina, seperti yang diungkapkan sumber-sumber di perbankan Palestina.
Seorang pejabat bank Tepi Barat pada situs Al-jazeera mengatakan bahwa Arab Bank takut kemungkinan tuntutan ganti rugi dari AS.
"Mereka (AS) menganggap Hamas sebagai organisasi teroris, dan jika kami berurusan dengan Hamas dan pemerintahannya, kita akan dianggap membuka perang dengan Amerika," kata pejabat tadi.
"Mereka akan meminta kami bertanggung jawab atas setiap korban yang jatuh dari pihak Israel selama 20 tahun ini. Kami tidak siap menghadapi hal semacam ini atas nama dunia Arab," sambung pejabat tadi.
Cabang-cabang bank yang beroperasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza telah diinstruksikan untuk melarang nasabah mereka melakukan transaksi antar bank, kecuali si penerima merupakan kerabat di level pertama pemilik dana.
Larangan ini tentu saja menimbulkan kemarahan pemerintah Palestina. Seorang pejabat di kementerian keuangan menyatakan, "Kami tidak tahu bahwa bank-bank kami juga sudah dikontrol AS." (ln/aljz)