Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmad Abul Ghaiz mengatakan bahwa Hamas kini telah mengakui eksistensi Israel dan kelak akan melaju ke meja perundingan dengan Israel. Tapi pernyataan itu ditolak oleh Hamas dengan perkataan, “Masalah pengakuan eksistensi Israel tidak dikeluarkan dari para kader Hamas.”
Menurut Abul Ghaiz dalam wawancara dengan harian Asy Syarq Awsath (21/1), bergabungnya Hamas dalam agenda perdamaian di Palestina, akan merubah peta politik dan pemikiran secara besar di Palestina. “Saya percaya bahwa Hamas akan mengakui eksistensi Israel. Saya juga yakin bahwa Hamas mampu hidup ko-eksistensi dengan pemikiran perundingan dengan Israel.”
Ia juga menegaskan, “Tidak ada alasan untuk meragukan hal ini, apalagi Hamas sebelumnya telah menerima langkah gencatan senjata untuk menyongsong perundingan.” Terkait dengan ancaman AS dan Eropa bahwa mereka akan memotong bantuan ke Palestina bila Hamas unggul dalam pemilu, Abul Ghaiz mengatakan, “Bagaimanapun pemilu harus tetap berjalan tanpa intervensi dari pihak luar.”
Terkait dengan pernyataan tersebut, Jubir Hamas Masyhir Al-Mashri, mengatakan “Hamas menegaskan bahwa masalah pengakuan terhaedap Israel itu tidak dikeluarkan dari kader Hamas, sementara sikap Hamas harus dikeluarkan dari pimpinan Hamas sendiri.” Menurutnya, masyarakat Palestina mampu menilai apa yang kini telah terjadi dengan Israel setelah berulangkali perundingan damai gagal membangun situasi politik Palestina dan gagal membungkam perlawanan.” Selain itu ia memandang, bagaimanapun dunia internasional akan terpaksa berinteraksi dengan Hamas sebagai bagian dari bangsa Palestina. “Agenda politik dan agenda perlawanan bersenjata tidak dapat dipisahkan,” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Hamas beberapa hari lalu meluncurkan agenda politiknya dalam pemilu legislatif, yang akan berlangsung pada 25 Januari mendatang. Dalam agenda tersebut, Hamas tidak memasukkan kalimat “penghancuran Israel”, sehingga disinyalir oleh sejumlah media, bahwa Hamas telah mengalami perubahan visi dan misi perjuangannya yang selama ini ingin menumpas Israel yang menjajah Palestina. Tapi analisa itu juga ditampik oleh Hamas yang menegaskan bahwa Hamas merumuskan agenda politik tanpa penghancuran Israel, karena agenda tersebut berisi langkah-langkah yang akan ditempuh Hamas dalam 4 tahun sepanjang usia parlemen yang akan datang. Jadi, menurut Hamas, itu adalah agenda jangka pendek. Sedangkan agenda perjuangan jangka panjangnya, telah ditetapkan dalam manifesto perjuangan Hamas di saat kelahirannya, untuk menghancurkan Israel. (na-str/iol)