Eramuslim – Pemimpin Kantor Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina “Hamas”, Ismail Haniya mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah menawarkan kepada Otoritas Mahmoud Abbas kota Abu Dis sebagai pengganti kota Al Quds, pasca deklarasi Trump pada 6 Desember kemarin.
“AS masih menawarkan kesepakatan dan terus berada di pihak Otoritas Palestina dengan cara apapun, untuk memberi mereka modal atau entitas di daerah Abu Dis, jauh dari Yerusalem,” ujar Ismail Haniya, dilansir Aljazeera, Rabu (27/12).
Berbicara dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin klan Palestina di Jalur Gaza pada Selasa (26/12) waktu setempat, Haniya menyebut keputusan Presiden AS Donald Trump mengakui Al Quds sebagai ibu kota Zionis-Israel adalah sebuah taktik untuk menghancurkan tujuan Palestina sesuai dengan kesepakatan abad ini.
Haniya mengingatkan kepada semua pihak yang terlibat dalam kesepakatan itu, baik kepada warga Palestina, Arab atau Muslim, dan juga internasional untuk tetap menjaga komitmennya.
Menurut Haniya, keputusan AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel ini menimbulkan risiko baru yang dapat mempengaruhi hubungan antara Palestina dan Yordania selaku penjaga Kompleks Al-Aqsha. Haniya juga mengaku telah berbicara dengan Raja Yordania Abdullah tentang apa yang dianggap bahaya akibat keputusan Trump, khususnya proyek pemukiman kembali dan alternatif tanah air.
Haniya juga meminta warga Palestina untuk terus melanjutkan pemberontakan mereka terhadap keputusan Trump, dan kepada gerakan populer di ibu kota Arab dan Muslim untuk melakukan demonstrasi.
Reporter Aljazeera Wael al-Dahdouh melaporkan dari Kota Gaza bahwa Haniya memperingatkan pemain lokal, regional dan internasional untuk tidak menerapkan rencana AS untuk Timur Tengah, yang belum dipublikasikan. Jared Kushner, menantu Trump dan penasihat Gedung Putih, telah mempelopori upaya untuk melanjutkan proses perdamaian Israel-Palestina. (Rol/Ram)