Palestina membantah laporan yang dimuat surat kabar Israel Haaretz, yang menyebutkan bahwa Perdana Menteri Israel Ehud Olmert telah menawarkan perdamaian dengan memberikan 93 persen wilayah Tepi Barat yang saat ini diduduki Israel kepada Palestina.
Dalam laporan yang dimuat Haaretz edisi Selasa (12/8) juga disebutkan bahwa Presiden Palestina Mahmud Abbas bersedia menerima tawaran itu jika pasukannya berhasil merebut kembali Jalur Ghaza dari kekuasaan Hamas, yang mengambilalih wewenang di Jalur Ghaza pada bulan Juni 2007.
Laporan itu dibantah juru runding Palestina Saeb Erekat, yang menyebut laporan tersebut "tidak berdasar. "Ini adalah laporan yang tidak benar, yang digunakan Israel untuk membebankan kesalahan pada otoritas Palestina atas negosiasi-negosiasi yang selalu gagal, " tukas Erekat.
Menurut Haaretz, Israel melontarkan tawaran itu dalam konteks negoasiasi damai yang akan dilakukan kembali bulan November mendatang, dengan dukungan AS. Negosiasi itu bertujuan untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina yang sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun.
Namun, masih menurut Haaretz, tawaran Israel itu tidak menyentuh persoalan yang paling krusial bagi Palestina, yaitu tentang status Yerusalem. Palestina menginginkan Israel mengembalikan Yerusalem pada bangsa Palestina, karena kota ini akan dijadikan ibukota Palestina, jika terwujud negara Palestina merdeka.
Israel menganeksasi dan merebut Yerusalem pada Perang Enam Hari tahun 1967 dan menyatakan Yerusalem sebagai kota yang tidak bisa dibagi dengan pihak lain dan merupakan bagian dari wilayah Israel yang tak bisa dipisahkan. Klaim Israel ini tidak pernah diakui oleh dunia internasional.
Erekat menyatakan menolak kesepakatan yang isinya parsial. "Kami bukan pasar. Kami menginginkan Israel mundur sepenuhnya dari wilayah Palestina yang didudukinya sejak tahun 1967, termasuk mundur dari Yerusalem, " tukas Erekat.
Saat ini, Israel membangun malah sedang gencar-gencarnya membangun pemukiman-pemukiman baru di wilayah pendudukannya di Tepi Barat, termasuk Yerusalem. Pemukiman-pemukiman yang sudah ada, didiami oleh sekitar 250.000 warga Yahudi Israel.
Mark Regev, juru bicara Perdana Menteri Israel tidak mau berkomentar tentang laporan di Haaretz itu. Ia hanya mengatakan negosiasi dengan Palestina sudah mengalami kemajuan untuk beberapa persoalan, khususnya persoalan perbatasan. (ln/alarby)