Tabir yang tertutup menjadi terbuka. Teka-teki umat Islam di seluruh dunia terhadap Mesir terjawab. Mengapa selama agresi militer Zionis-Israel terhadap Gaza, justru Mesir mendukung Israel, dan menutup rapat-rapat perbatasan sampai hari ini? Ternyata pemerintah Mesir telah menetapkan Hamas menjadi musuh nasional Mesir.
Penasehat Keamanan dan Politik Israel, yang melakukan kunjungan bolak-balik Tel Aviv – Cairo, Mayor Jendral Gilad Amos, menyatakan terima kasih dan menghormati sikap Mesir yang telah menjadikan Hamas sebagai sebagai musuh dan ancaman keamanan nasional Mesir. Koran Haaretz, yang mengutip pernyataan Gilad, yang usai bertemua dengan Kepala Intelijen Mesir, Omar Sulaiman, secara ekplisit Omar telah menginginkan kerjasama lebih erat dengan Israel, khususnya dalam rangka menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza. Gilad dan Omar Sulaiman telah berdiskusi berjam-jam mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh kedua negara Mesir-Israel, supaya tidak ada lagi senjata yang dapat masuk ke Gaza.
Tampaknya, Israel masih merasa masygul, karena tak mampu menghentikan Hamas, meskipun sudah diembargo dan diblokade hampir satu, tapi Hamas masih tetap eksis, bahkan mampu menghadapi gempuran militer Israel selama 22 hari. Serangan udara yang massif, dan didukung serangan dari kapal-kapal perang di teluk Gaza, serta serangan darat, yang menggunakan tank-tank Merkava, tak juga dapat membekuk Hamas, dan membuat gerakan itu bertekuk lutut kepada pasukan Zionis-Israel. Inilah yang menjadi perdebatan dikalangan petinggi militer Israel. Tak heran di saat perang yang sedang berkecamuk dengan dahsyat, Menlu Israel, Tzipi Livni terbang ke Washington, dan menandatangani perjanjian dengan Menlu AS, Condoleeza Rice, yang akan menghentikan penyeludupan senjata dari perbatasan Mesir.
Gilad Amos sangat berterima kasih kepada Mesir, yang menunjukkan pengertian yang sangat besar, karena selama perang Mesir telah menutup rapat-rapat perbatasannya. Utusan pemerintah Mesir itu, jugag tak lupa menyatakan penghargaannya, di mana Mesir berjanji tidak akan memberikan apa-apa kepada Hamas, dan akan tetap menutup perbatasannya. “Mesir tidak akan membuka pintu Rafah”, ujar Gilad. Sementara itu, di Cairo tidak ada bantahan atas pernyataan Gilad Amos, yang sudah disiarkan oleh Koran Israel, Haaretz, Rabu, kemarin.
Dibagian lain, para ahli hukum dari Swiss yang melakukan kunjungan ke Gaza, mereka sangat terkejut, melihat kehancuran di wilayah itu, yang sedemikian dahsyat. Anggota perlemen Swiss, sangat shock melihat kondisi yang ada di Gaza. “Israel telah membunuh banyak orang, menghancurkan batu, pohon, dan membunuh apa saja yang ada di Gaza”, ujar anggota parlemen Swiss. Delegasi parlemen yang disertai empat ahli hukum itu melakukan penyidikan ke seluruh wilayah di Gaza, dan melihat serta mencatat semua yang ada di Gaza, sebagai bahan laporan ke Konvensi Jenewa. Angngota parlemen itu juga meminta agar pemerintah Swiss menghentikan kerjasama militer dengan Israel.
Salah seorang anggota parlemen Swiss, Carlo Samaroga, menegaskan akan menangkap dan menahan semua pejabat Israel yang terlibat dalam perang di Gaza, jika mereka melakukan kunjungan ke Swiss. Ini akan menjadi preseden baru, jika pemerintah Swiss melakukan penangkapan dan penahanan terhadap pejabat-pejabat Israel, yang terlibat dalam kejahatan perang di Gaza. Setidak ada tokoh yang terlibat langsung dalam kejahatan perang di Gaza, yaitu Perdana Ehud Olmert, Menlu Tzipi Livni, dan Menhan Ehud Barak.
Secara terpisah salah seorang anggota parlemen Swiss, Josep Zisyadis menyatakan : “ Ini bukan perang antara tentara dengan tentara, tapi ini perang antara pasukan regular (Israel Depend Forces-IOF) melawan rakyat sipil yang tidak bersenjata di Gaza. Ini adalah kejahatan yang tidak dapat diterima, dan masyarakat internasional harus menghukum mereka yang telah melakukan kejahatan”, tambah Josep Zisyadis. Anggota parlemen itu juga meminta rakyat Gaza terus berjuang menolak penjajah, dan melakukan perjuangan membebaskan tanah air mereka, dan hal itu seperti dialami mereka yang mebebaskan Swiss dari cengkeraman Jerman.
Perang yang berlangsung terus menerus, tak lain tujuan Israel adalah ingin memperluas wilayah jajahannya, dan mengusir rakyat Palestina dari tanah kelahirannya. Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan pemerintah Palestina, sejak tahun 2008, jumlah angka pemukiman Yahudi di Tepi Barat, meningkat 60%. Jadi penutupan pemukiman di Gaza itu, dialihkan ke Tepi Barat. Jadi jumlah pemukim Yahudi di wilayah itu semakin banyak. Selama tahun 2008, pemerintah Israel telah membangun 1257 bangunan, termasuk 748 berupa bangunan rumah yang permanent, dan 509 berbentuk caravan. Inilah politik militer rejim Zionis-Israel, yang terus memperluas daerah jajahannya.
Menanggapi maneuver angkat laut Prancis yang sudah berpatroli di Laut Mediteranian, dan menggunakan kapal Fregat, sebagai bagian komitment Presiden Sarkozy kepada Tzipi Livni, yang ingin menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza, kelompok Front Perjuangan Palestina (PFLP), meminta agar Prancis dan anggota Nato lainnya, tidak ikut melakukan blockade ke Gaza, yang menghalangi bantuan kemanusiaan yang akan masuk ke Gaza. PFLP juga meminta agar Prancis segera menarik kapal Frigatnya keluar dari Luat Mediterinian. (m/berbagai sumber).