Alih-alih takut pada serangan militer Israel ke wilayah Ghaza akibat penculikan seorang serdadu Israel, Brigade Nashir Shalahuddin, justeru mengancam akan membunuh warga Israel yang baru diculiknya di Tepi Barat, jika militer Israel terus menggempur Jalur Ghaza.
Mereka mengaku berhasil menculik warga Israel bernama Elyaho Asyeiri, pemuda berusia 18 tahun yang tengah menjalani pendidikan militer Zionis Israel.
Elyaho, bukan serdadu yang sebelumya ditawan oleh pejuang Palestina yang menjadi alasan bagi Israel untuk menggempur Ghaza. Tapi ia calon tentara Israel yang sejak hari Ahad memang diberitakan hilang setelah ia keluar dari rumahnya dan tidak kembali selama tiga hari.
Sedangkan korban penculikan sebelumnya adalah Kopral Gilad Shalit, 19 tahun. Kopral Gilad Shalit ditangkap saat sekelompok pejuang Palestina yang bersembunyi diterowongan perbatasan Gaza menyerang sebuah pos militer Israel, dan menewaskan dua tentara Israel.
Seperti diketahui, militer Israel telah melakukan operasi militer ke wilayah Ghaza sejak pagi hari Rabu (28/6). Operasi militer yang dinamakan operasi ‘Hujan di Musim Semi’ itu menargetkan pemboman sejumlah rumah tinggal dan bungker-bungker di wilayah Ghaza.
Melihat situasi itu, Jubir Brigade Nasher Shalahuddin, Abu Ubair justeru mengeluarkan ancaman untuk membunuh tawanan Israel yang kini ditahan di Tepi Barat, jika Israel tidak segera menghentikan operasi militernya di Ghaza yang dimulai sejak pagi hari ini.
Abu Ubair mengatakan, “Penduduk Israel yang diculik di Tepi Barat adalah tentara yang belajar di perguruan militer Zionis, berusia 18 tahun.”
“Kami telah berhasil menculik seorang penduduk Zionis di Tepi Barat. Kami mempunyai sejumlah informasi aksi penculikan, tempat, waktu dan tekniknya. Tapi kami akan meletakkan bola di lapangan Zionis untuk menambah kegalauan keamanan Zionis dan semakin menjaga kerahasiaan aksi penculikan ini,” tegasnya.
Dalam keterangannya dalam situs internet hari Senin lalu, Brigade Nasher mengaku sukses menculik seorang warga Israel dalam sebuah aksi spektakuler yang mereka namakan “Kemarahan Penunggang Kuda”. Aksi itu dilakukan untuk balasan atas meninggalnya dua pemimpin mereka, yakni Abu Athaya, dan Aba Yusuf. Juga pembalasan atas semua syuhada yang meninggal akibat kekejaman Zionis Israel.
Dalam keterangannya, disebutkan, “Operasi Kemarahan Penugngang Kuda" oleh Brigadi Nashir Shalahuddin terhadap musuh Zionis Israel di Ghaza dan Tepi Barat, juga untuk membalas kematian pejuang Jamal Abu Samahadanah, Sekjen Perlawanan Rakyat, Syaikh Abd Qaouqa, pemimpin umum Brigade Nashir. Mereka menyebutkan bahwa serdadu Israel yang diculik itu kini berada di Tepi Barat, khususnya di Beit Lehm atau Ramallah, tempat terakhir kali mereka bisa dideteksi keberadaannya. (na/ikh-ol)