Menurut Aziz, pemimpin Hamas, Ismail Haniyah, juga turun langsung dan ikut serta dalam Gerakan Salat Subuh berjemaah Akbar di Jalur Gaza. Gambarnya bersama sejumlah petinggi Hamas salat subuh di masjid di tempat tinggalnya, kamp pengungsian Shati, disebarkan ke seluruh Jalur Gaza.
Di mata Said Abu Hasara merupakan penduduk Jalur Gaza, relawan mengajak Salat Subuh berjemaah itu dianggap seperti pejuang. Sebab, bagi dia, relawan itu melakukan tugas mulia membangunkan kaum muslim beribadah.
“Ini adalah ayat-ayat Allah S.W.T. Mereka mengajak orang beribadah dan berbuat baik,” kata Said al-Shurafa (63), seorang jemaah masjid.
Hanya saja tidak semua sepakat dengan cara itu. Seorang ulama setempat, Abdul Bari Khala, menentang relawan yang memutar pengeras suara dan menggunakan pelantang, atau keriuhan tabuhan kendang buat membangunkan orang-orang salat subuh.
“Menggantikan azan buat mengajak orang beribadah dengan tabuhan kendang atau pengeras suara yang mengganggu sama saja mengganggu. Kalau sudah mengganggu ketenangan orang, maka itu dilarang,” kata Abdul.
Meski demikian, Ahmad punya pendapat sendiri tentang kegiatannya.
“Pengeras suara saya tidak terlampau kencang. Lagipula kami cuma berkeliling seperempat jam sebelum salat subuh. Bagaimana bisa itu dianggap mengganggu?,” ujar Ahmad.(kl/mdk)