Eramuslim.com – Ahmad Hammad saat ini punya kewajiban baru. Dia berkeliling kawasan pemukiman Tal Hawa berbekal pengeras suara diikat di sepedanya mengajak penduduk di Jalur Gaza, Palestina, menunaikan Salat Subuh berjemaah.
Tidak semuanya menggunakan cara sama. Di daerah lain ada yang membangunkan penduduk buat Salat Subuh berjemaah menggunakan tabuhan kendang dan pelantang suara. Mereka kadang melantunkan seruan, shalawat, atau memutar rekaman lantunan ayat Alquran.
Mulanya, kata Ahmad, kebiasaan itu hanya berlangsung di beberapa lingkungan pemukiman. Namun, selepas Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengklaim Kota Yerusalem sebagai Ibu Kota Zionis, kebiasaan itu mendadak berubah menjadi gerakan yang besar.
Sejumlah masjid mengerahkan barisan relawan buat membangunkan penduduk supaya Salat Subuh berjemaah. Mereka nantinya melaporkan berapa banyak dan siapa saja jemaah memenuhi ajakan itu kepada Kementerian Urusan Agama Jalur Gaza, yang masih dikendalikan oleh Hamas. Tujuannya supaya masjid ketika Subuh tetap penuh seperti saat datang waktu Salat Maghrib. Tujuannya bukan cuma buat beribadah, tetapi juga berkonsolidasi di antara umat Islam setempat.
“Salat Subuh berjemaah sangat penting buat mempertahankan semangat dan moral di tengah situasi yang semakin sulit,” kata pengawas gerakan itu, Abu Aziz al-Wahaidi.