Gerakan Negara-Negara Non-Blok (NAM) menyatakan meratifikasi kebulatan tekad solidaritas negara-negara anggotanya terhadap persoalan Palestina. Gerakan itu akan mengajukan permohonan pada PBB untuk membuat resolusi tentang pembentukan negara Palestina yang merdeka.
Pernyataan sikap itu adalah salah satu hasil dari Konferensi Tingkat Menteri Gerakan Negara-Negara Non-Blok ke-15 yang berlangsung selama dua hari di ibukota Iran, Teheran. Dalam Konferensi yang berakhir hari Rabu kemarin, 118 negara anggota Gerakan Non-Blok menegaskan bahwa PBB harus menghentikan pembersihan etnis yang dilakukan rezim Zionis Israel di wilayah Palestina.
NAM dalam pernyataannya juga menyerukan agar segera dibentuk negara Palestina dengan Yerusalem (al-Quds) sebagai ibukotanya. Untuk itu, NAM mendesak dibentuknya sebuah formasi yang akan menggelar konferensi internasional guna membahas pembentukan negara Palestina ini.
Konferensi NAM ke-15 di Teheran dihadiri perwakilan lebih dari 70 negara anggota NAM dan perwakilan dari negara-negara pemantau, serta delapan perwakilan dari organisasi-organisasi regional dan internasional.
Dalam konferensi itu, NAM juga mengungkapkan keprihatinannya atas ekspansi yang dilakukan Organisasi Pakta Atlantik Utara (NATO). NAM menyatakan bahwa kebijakan ekspansi yang dilakukan NATO akan memicu munculnya pemikiran tentang "penggunaan senjata nuklir dan ancaman untuk menggunakan senjata nuklir, " serta mendorong militerisasi dan kebijakan untuk menolak program nuklir.
Ekspansi NATO dengan merekrut negara-negara yang dulu bergabung dalam Uni Soviet, juga sempat membuat berang Rusia. Rusia menilai ekspansi yang dilakukan NATO adalah upaya Barat untuk memperluas militerisasinya sampai ke perbatasan-perbatasan negara. Sementara para analis berpendapat, ekspansi yang dilakukan NATO akan memicu perlombaan senjata antara negara-negara di dunia. (ln/presstv)