Gerakan Hizbu Tahrir Mulai Cari Pengaruh di Palestina

Gerakan Hizbu Tahrir, menggiatkan aktifitasnya lebih intensif dalam beberapa waktu terakhir, di Palestina. Kegiatan Hizbu Tahrir terlihat mencolok belakangan ini ketimbang waktu-waktu lalu. Mereka membentangkan berbagai spanduk dan menggunakan sarana informasi untuk mensosialisasikan ide mengembalikan khilafah Islamiyah.

Eyad Bargoutsi, pakar gerakan Islam di Palestina menyebutkan bahwa Hizbu Tahrir saat ini muncul mencuat dan menawarkan pemikirannya sebagai alternatif Islam di pentas politik Palestina. Meski saat ini Palestina tengah menghadapi krisis politik internal dan tekanan negara Barat atas pemerintahan yang dipimpin Hamas.

Dalam beberapa hari lalu, secara mengejutkan Hizbu Tahrir membentangkan berbagai spanduk di jalan-jalan Palestina di Jalur Ghaza, dengan tema khilafah Islamiyah. Misalnya saja tulisan, “Khilafah, jalan keluarnya”, “Satu Umat, Satu Negara”, “Kembalikan, Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah” dan sebagainya. Spanduk spanduk itu juga bermunculan di Nablus, Al-Khalil, dan Tepi Barat. Mereka juga menggelar sebuah seminar besar di Ramallah.

Para peserta seminar dengan semangat mengangkat pernyataan dan spanduk mereka di beberapa jalan Palestina dengan kalimat, “Hilangnya Khilafah Sebabkan Hilangnya Palestina”, “Dengan Khilafah Kita Memerangi bukan Diperangi”. Mereka menuntut pengembalian Khilafah Islamiyah sebagai syarat kebangkitan jati diri kaum Muslimin.

DR. Nabil Halbi, salah satu jajaran pemimpin Hizbu Tahrir mengatakan, “Organisasi kami melakukan kampanye intensif dalam beberapa waktu terakhir karena tekanan negara Barat yang semakin kuat terhadap pemerintahan negara kaum Muslimin. Hizbu Tahrir ingin agar umat ini bersatu dan membela agama mereka, di bawah pemerintahan yang satu, yang otomatis bisa mengembalikan kemuliaannya.”

Lebih jauh Halbi yang juga seorang dosen ilmu Kimia di Universitas Islam di Ghaza mengatakan, “Kenyataan sekarang memang membutuhkan kebangkitan kaum muslimin di level pemikiran. Dari sinilah Hizbu Tahrir memiliki pandangan bahwa aksi di jalanan untuk menarik simpatik dan dukungan masyarakat terhadap masalah yang ada, akan sangat memberi pengaruh.” Ia juga menyampaikan bahwa Hizbu Tahrir adalah partai politik yang berbasis Islam dan berupaya mendirikan negara Islam.

Terkait sarana yang digunakan Hizbu Tahrir untuk mencapai sasaran gerakannya, Halbi mengatakan, “Sarana yang digunakan adalah upaya bersama masyarakat untuk masuk dalam pertarungan politik bersama pemerintah, pertarungan pemikiran dengan berbagai pemikiran yang ada. Kemudian mencari dukungan dari para pemilik kekuatan para pemimpin militer di negara-negara kaum Muslimin.”

Ia mengatakan bahwa umat Islam saat ini sebenarnya memiliki kekuatan, tapi para pemimpinnya kehilangan kepercayaan sehingga menjadi target musuh. Perang Israel terakhir atas Libanon adalah bukti tentang hal tersebut.

“Tanda-tanda kemenangan itu sudah ada. Karena umat Islam ini memiliki para tokoh dan sumber kebaikan. Umat ini bersatu dalam pemikiran Islam dan maju dengan pemikiran Islam. Belum pernah terjadi kemajuan seperti ini sebelumnya, sehingga semua partai sekuler dan nasionalis kehilangan eksistensinya,” ujar Halbi.

Tentang kedudukan Hizbu tahrir di Palestina, ia menyatakan, Hizbu Tahrir tak memiliki struktur kepemimpinan di dalam Palestina karena Hizbu Tahrir tidak terbentuk sebagai sebuah partai lokal, tapi sebagai organisasi internasional. Ia kemudian mengkritik keberadaan pemerintah Palestina pimpinan Hamas. Menurutnya, “Pemerintahan sekarang merupakan pemerintahan ilegal karena dibangun di atas kesepakatan Oslo yang diprakarsai oleh pemerintah otonomi Palestina. Karena itu, pemerintahan seperti ini sama sekali tidak menerapkan Islam.” Ia bahkan menegaskan, “Kami tahu bahwa para anggota pemerintahan ini adalah kaum Muslimin dan terkenal dengan ketulusannya. Tapi apa yang diterapkan oleh pemerintah, sama sekali tidak Islami.” (na-str/iol)