Gencatan Senjata Cuma Formalitas, Langit Gaza Tetap Dipenuhi Drone Pembunuh Israel

“Mereka (Israel) membunuh orang-orang tidak berdosa, menyerang bank, sekolah, restauran, kafe, universitas dan bahkan infrastruktur umum,” ujarnya.

Hal itu menyebabkan lebih dari 200 warga Palestina meninggal dunia. Sekitar 66 di antaranya adalah anak-anak tidak berdosa.

“Pernah suatu waktu, saya sedang melakukan wawancara secara live di kamar saya ketika tiba-tiba ibu saya masuk dan mengatakan bahwa saya harus segera berkemas untuk pergi dari rumah karena ada kabar bahwa Israel akan segera menyerang wilayah kami. Jika tidak pergi, kami bisa terkena serangan,” ujarnya.

“Saya segera berkemas apa yang bisa saya bawa ke dalam tas saya. Sebelum pergi saya sejenak menatap kamar saya, tempat di mana setiap sudutnya penuh dengan barang pribadi saya, kenangan saya tersimpan di sana,” sambung Al-Najja.

Dengan sedih dia pun meninggalkan kamar dan rumahnya bersama seluruh keluarganya.

“Kami berlari di jalanan sejauh yang kami bisa. Berlari dalam arti sesungguhnya, agar bisa menyelamatkan diri sebelum serangan Isarel datang,” jelasnya.

Dia dan keluarganya lalu melarikan diri ke rumah pamannya di kota lain yang dirasa masih aman dari serangan.

Gencatan Senjata Yang Membingungkan

Tidak lama setelah dia dan keluarganya melarikan diri ke rumah sanak saudara di tempat lain di Gaza, Al-Najja mendengar kabar soal adanya gencatan senjata.

“Saat itu mereka katakan ada gencatan senjata dan akan berhenti menyerang,” kata Al-Najja.

“Namun di waktu bersamaan saat mendengar kabar itu, saya juga mendengar ada bom meledak di wilayah dekat rumah paman saya,” sambungnya.

Hal itu membuat dia dan keluarganya, serta banyak warga di Gaza lainnya bingung.

“Gaza memang sedang gencatan senjata, namun drone Israel tidak berhenti terbang di atas langit Gaza, 24 jam sehari, tujuh hari seminggu untuk memantau setiap pergerakan di Gaza,” tandasnya.(RMOL)