Fatah-Hamas Batalkan Pembahasan Formasi Baru Pemerintahan Palestina

Perbedaan pendapat yang tajam antara Hamas dan Fatah, menjadi ganjalan rencana pembentukan formasi baru pemerintahan Palestina bersatu. Presiden Palestina, Mahmud Abbas dan ketua faksi Fatah, membatalkan perjalanannya ke Gaza untuk bertemu dengan PM Ismail Haniyah guna membicarakan rencana itu. Kedua belah pihak menyatakan belum menentukan jadwal baru bagi pembicaraan tersebut.

Perbedaan pendapat antara Hamas dan Fatah, terkait dengan dengan pengakuan terhadap Israel. Hamas tetap menolak mengakui eksistensi Israel sementara Fatah, ketika berada di bawah kepemimpinan Yaser Arafat, mengakui Israel dan melakukan sejumlah negosiasi damai.

Fatah menyatakan, perbedaan ideologi ini menjadi penghalang rencana pembentukan pemerintahan Palestina bersatu, sebagai hasil dari beberapa kali pertemuan antara pemimpin Fatah dan Hamas.

Baik Fatah maupun Hamas, tidak memberikan alasan atas pembatalan pertemuan itu atau memberikan perkiraan apa langkah selanjutnya.

Pertemuan Rahasia Israel-Arab Saudi

Sementara Hamas dan Fatah batal melakukan pembicaraan tentang pembentukan formasi pemerintahan baru, media massa Israel menurunkan laporan tentang pertemuan rahasia Israel dengan Arab Saudi.

Surat kabar Yediot Ahronot melaporkan bahwa PM Israel, Ehud Olmert dan seorang pejabat Arab Saudi yang tidak disebutkan jati dirinya, bertemu 10 hari yang lalu. Pertemuan itu membicarakan masalah nuklir Iran dan kebutuhan untuk mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina.

Olmert, menurut harian itu, memuji Arab Saudi atas sikap negara itu terhadap perang Israel-Hizbullah belum lama ini dan inisiatif Arab Saudi belakangan ini untuk menghidupkan kembali perdamaian atas dasar pengakuan Pan Arab terhadap eksistensi Israel, sebagai imbalan atas mundurnya Israel dari semua wilayah di Tepi Barat.

Harian Israel lainnya, Haaretz, melaporkan bahwa pertemuan antara Israel dan Arab Saudi berlangsung pada 13 September lalu dan menurut radio militer Israel, pembicaraan dilakukan di istana kepresidenan di Riyadh.

Namun Olmert membantah laporan itu. "Saya tidak bertemu dengan Raja Saudi dan saya tidak bertemu dengan siapapun seperti yang telah diributkan media. Saya tidak melakukan pertemuan dengan siapapun. Selebihnya adalah cuma imajinasi dan spekulasi," papar Olmert.

Seorang pejabat Arab Saudi yang tidak mau disebut namanya menyebut laporan media massa Israel cuma isapan jempol semata.

Di tempat terpisah, pada Senin kemarin, pengadilan militer Israel memutuskan bahwa 21 anggota legislatif dan anggota kabinet dari Hamas tetap berada dalam tahanan Israel. Keputusan tersebut membatalkan putusan pengadilan rendah yang sebelumnya menyatakan akan membebaskan 21 para pejabat Hamas tersebut, asalkan membayar jaminan. (ln/aljz)