Presiden Palestina Mahmud Abbas boleh saja membuat kesepakatan dengan Presiden Israel Shimon Perez, untuk membuat kota industri bersama di Tepi Barat. Namun juru runding Palestina Saeb Erekat menegaskan bahwa bangsa Palestina tidak akan pernah mau mengakui keberadaan negara Yahudi itu.
Erekat menegaskan hal tersebut dalam dalam pertemuan antara tim negosiasi Palestina dan Israel di Al-Quds, Senin (12/11) malam. Pertemuan itu, menurut mereka, merupakan pertemuan awal menjelang Konferensi Annapolis akhir November mendatang.
Erekat menyebut pertemuan malam itu menjadi pertemuan yang "sulit", dan kedua belah pihak belum mencapai kata sepakat untuk membuat deklarasi bersama tentang prinsip-prinsip perdamaian yang akan dikemukakan dalam konferensi nanti.
Menurut Erekat, persoalan-persoalan terkait dengan isi dokumen yang akan dideklarasikan belum terpecahkan. "Salah satu persoalan yang terberat adalah desakan rejim Zionis agar Palestina mengakui keberadaan negara Yahudi itu. Kami tidak setuju untuk mengakui Israel sebagai negara Yahudi, " tukas Erekat.
Palestina menyatakan, mengakui eksistensi negara Israel hanya akan memperkuat posisi rejim Zionis itu untuk menolak kepulangan para pengungsi Israel ke wilayah Garis Hijau, perbatasan sebelum pecah perang Enam Hari tahun 1967. (ln/presstv)