Serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel juga terjadi menjelang pemilihan umum di wilayah Otoritas Palestina yang diumumkan oleh Mahmoud Abbas.
Meski tanggal pemilihan umum masih belum jelas, Hamas, yang juga terlibat dalam kegiatan politik, kemungkinan akan berupaya memperkuat posisinya tidak hanya di Gaza tetapi juga di Tepi Barat.
Agmon mengatakan kelompok itu mendapatkan kembali keunggulannya bahkan di benak orang Israel setelah putaran terakhir serangan, yang dimulai pada 10 Mei dan berakhir 11 hari kemudian dengan gencatan senjata.
Dia menambahkan bahwa sebelumnya warga Israel percaya bahwa Hamas telah dipukuli, tetapi kenyataannya telah tumbuh dalam kekuasaan.
Mantan brigadir jenderal percaya bahwa penting bagi Tel Aviv untuk memahami bagaimana penilaiannya sendiri terhadap kelompok itu salah, alih-alih memberikan tepuk tangan meriah yang hanya akan mendorong Israel maju ke jalan yang salah.
“Yang terjadi bukanlah hasil imbang, tapi kerugian yang mereka coba jual kepada kami sebagai sebuah prestasi. Yang terburuk adalah hal itu membuat kami mengabaikan kemunduran dan tidak belajar hikmah. Hal ini membawa kami pada kekalahan telak dalam perang multi-perang medan perang,” papar Agmon.
Komentar mantan jenderal Zionis itu muncul setelah Israel menyetujui gencatan senjata dengan Hamas setelah 11 saling serang yang merenggut nyawa 12 orang di Israel dan lebih dari 200 warga Palestina.
Tel Aviv mengeklaim telah menargetkan kepemimpinan Hamas dan sistem terowongan bawah tanah.
Namun, serangan udara Israel mengakibatkan korban sipil yang signifikan, termasuk 60 anak.
IDF menyalahkan Hamas atas tingginya jumlah warga sipil yang mengutip dugaan praktik menggunakan orang tak berdosa sebagai tameng manusia. [Sindonews]