Seperti sudah diduga, Presiden Palestina Mahmud Abbas akhirnya menyerah. Setelah didesak sejumlah lembaga internasional untuk penundaan Pemilu Palestina, benteng sikap yang selama ini dinyatakan Abbas untuk menolak intervensi asing terhadap masalah politik dalam negeri Palestina, akhirnya roboh juga. Dalam keterangannya kemarin, ia menegaskan akan mengevaluasi kembali mungkin tidaknya pelaksanaan pemilu legislatif Palestina yang seharusnya digelar pada 25 Januari 2006 ini.
Komentar Abbas yang pasti menuai kekecewaan rakyatnya itu disampaikan saat ia berkunjung ke Dauhah Qatar (2/1). Abbas mengaku telah berkoordinasi dengan seluruh kelompok politik di Palestina dan sepakat untuk mengevaluasi kembali kemungkinan menunda pelaksanaan pemilu. Pernyataan Abbas ini sangat bertentangan dengan apa yang dikemukakannya selama ini, yang dengan tegas menolak penundaan pemilu, apapun alasannya. Tapi belakangan, AS, Uni Eropa, PBB dan Rusia mendesak penundaan pemilu, ditambah penolakan sejumlah anggota Fatah yang mengancam akan menarik diri dari pemilu jika pemilu tidak ditunda. Abbas juga beralasan kondisi Ghaza yang saat ini semakin genting. Reuters menyebutkan komentar salah satu tokoh besar gerakan Fatah, “Abbas menolak permintaan sebagian anggota kami untuk mundur dari pemilu.” Tekanan yang lain adalah alasan kelompok kwartet AS, Uni Eropa, PBB dan Rusia, yang sangat resah dengan kesertaan Hamas dalam pemilu legislatif.
Sementara itu Hamas menolak pernyataan Abbas yang mengatakan telah berkoordinasi dengan seluruh kelompok Palestina dan sepakat menunda pemilu. Menurut Hamas tak ada koordinasi apalagi kesepakatan untuk menunda pemilu. Hamas yang telah memperoleh suara dukungan besar dalam pemilu kotamadya itu meminta pemerintah menunaikan janjinya. AS dan Israel memang sangat khawatir bila Hamas mampu meraih suara banyak dalam pemilu legislatif. (na-str/iol)