Ribuan warga Palestina berbondong-bondong memasuki wilayah Mesir dari Jalur Ghaza, setelah sekelompok pejuang meledakkan dinding perbatasan sehingga menimbulkan sejumlah lubang. Lewat lubang-lubang itulah warga Ghaza menyeberang ke wilayah Mesir.
Sejauh ini, aparat kepolisian Mesir tidak melakukan tindakan apapun terhadap warga Palestina yang mulai kekurangan persediaan makanan dan bahan bakar akibat blokade Israel selama hampir lima hari ini. Sebelumnya, warga Palestina yang kebanyakan kaum ibu, melakukan aksi unjuk rasa di perbatasan Rafah dan mendesak agar Mesir membuka perbatasan yang merupakan satu-satunya pintu keluar masuk dari dan ke Ghaza.
Polisi Mesir sempat melepaskan tembakan peringatan dan menggunakan water canon untuk menghalau pengunjuk rasa, sehingga puluhan pengunjuk rasa dan sejumlah polisi perempuan Mesir luka-luka.
Namun pada Rabu (23/1) dinihari, sekelompok orang bersenjata meledakkan sejumlah lokasi dinding di perbatasan Rafah. Laporan BBC menyebutkan, begitu melihat ada celah menuju Mesir, ribuan warga Palestina berduyun-duyun melewati celah itu menuju Mesir dan memborong berbagai barang kebutuhan, seperti makanan, bahan bakar dan korek api.
"Kami ingin membeli makanan, beras, gula, susu, gandum dan keju, " kata Abu Taha, ayah dari tujuh anak yang ikut menerobos perbatasan.
Sementara itu dalam pertemuan di Dewan Keamanan PBB Selasa kemarin, utusan Palestina dan Israel berdebat sengit. Pemantau PBB untuk Palestina menuding Israel sengaja memicu kekerasan dengan blokade yang dilakukannya. Sedangkan utusan Israel berdalih mereka cuma ingin melindungi wilayahnya dari tembakan roket para pejuang Palestina. Perwakilan Israel di PBB, Gilad Cohen menolak pihaknya dikatakan telah melanggar hukum internasional. Di sisi lain, Dewan Keamanan PBB hanya mendesak Israel agar mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk dengan bebas ke Ghaza. (ln/bbc)