Dewan Keamanan PBB tidak mendapat dukungan untuk mengeluarkan kecaman atas aksi serangan di sekolah seminari di Kota Yerusalem, Kamis (6/3). AS menuding Libya telah menggagalkan keinginan Dewan Keamanan PBB untuk mengecam aksi tersebut.
"Kami tidak mencapai kata sepakat karena delegasi Libya dengan dukungan delegasi dua negara lainnya tidak mau menyatakan mengecam aksi ini, " kata utusan AS di PBB, Zalmay Khalilzad usai pertemuan darurat yang dihadiri 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB.
Libya menolak mengecam serangan tersebut, karena menganggap Dewan Keamanan PBB harus "bersikap seimbang." Libya menginginkan draft resolusi yang diajukannya minggu lalu, yang berisi kecaman keras terhadap pasukan Israel yang telah membantai warga sipil, termasuk anak-anak di Jalur Ghaza, juga dibahas dalam pertemuan yang sama.
Dari fakta ini, sangat jelas bahwa Dewan Keamanan PBB tidak bersikap adil. Ketika pasukan Zionis Israel membantai warga Jalur Ghaza, Dewan Keamanan PBB sama sekali tidak mengeluarkan kecaman. Tapi ketika Israel yang mendapat serangan, Dewan Keamanan PBB langsung bergerak dengan menggelar pertemuan darurat untuk mengecam serangan itu. Tentu saja penggeraknya adalah sekutu dekat Israel, Amerika Serikat.
Sementara itu, Israel menginstruksikan aparat keamanannya dalam siaga penuh, menyusul serangan ke sebuah sekolah seminari hari Kamis kemarin yang menewaskan delapan warga Israel dan puluhan lainnya luka-luka.
Di Libanon, stasiun televisi al-Manar milik Hizbullah dalam siarannya menyatakan bahwa serangan itu dilakukan oleh kelompok Martir Imad Mughniyah dan Martir Ghaza. Imad Mughniyah adalah salah seorang pimpinan Hizbullah yang tewas dibunuh dengan serangan bom di Damaskus, 12 Februari lalu.
Hizbullah menuding Israel yang berada di balik pembunuhan komandannya itu. Israel membantah tudingan itu, namun Hizbullah tetap menegaskan akan melakukan aksi balas dendam terhadap Israel. (ln/al-arby)