Ini demonstrasi tandingan dari demonstrasi yang biasa dilakukan oleh penduduk Muslim di Palestina.
Bila Muslim Palestina meneriakkan tuntutan agar para pengungsi Palestina yang diusir Zionis Israel, diberikan hak kembali ke tanah airnya. Tapi yang digelar Yahudi ini justeru meneriakkan sebaliknya, “Tak ada hak kembali untuk pengungsi Palestina. ”
Harian Maarev menyebutkan bahwa sebuah organisasi yang menamakan diri “Justice for Jews from Arab Countries” berbasis di New York, mengangkat isu 750 ribu imigran Yahudi di Israel dari berbagai negara. Imigrasi yang sebenarnya bagian dari skenario pendudukan dan perampokan terhadap tanah Palestina itu terjadi antara akhir tahun 1940 hingga 1950-an, atau pasca Israel mendeklarasikan berdirinya negara di atas tanah jajahannya di Palestina tahun 1948.
Organisasi itu mengklaim tuntutannya berdasarkan penelitian yang dilakukan seorang mantan pengadilan Kanada yang berbangsa Yahudi, Arevon Kotler. Disebutkan, bawa negara-negara Arab pada tahun 1948 menetapkan penggunaan orang Yahudi yang berada di wilayahnya sebagai tebusan. Dan imigrasi mereka ke Israel adalah karena tekanan dan kesempitan yang mereka alami di negara-negara Arab itu.
Maarev menyebutkan bahwa Organsasi Yahudi Anti-Arab sukses merekrut sejumlah anggota dewan Israel untuk ikut dalam aksi mereka. Sejumlah pengamat Israel juga menyampaikan dukungan mereka terhadap ide menolak kembalinya pengungsi Palestina ke Al-Quds. Tapi, aksi yang digelar menjelang perundingan Annapolis di AS itu, sudah ditanggapi oleh Abbas Presiden Palestina yang menyatakan bahwa pihaknya tidak akan mengakui Israel sebagai bangsa Yahudi. Itulah syarat utama yang diajukan Abbas kepada PM Isrel Ehud Olmert. (na-str/iol)