Dalam dua hari ini, pasukan Israel sudah membunuh sembilan orang pejuang Palestina. Selasa (7/2) malam, serangan udara Israel diarahkan ke sebuah mobil yang ditumpangi oleh pejuang Brigade Martir Al-Aqsa saat melintas di kota Gaza. Akibat serang itu, dua pejuang anggota sayap militer Fatah bernama, Muhammad Abu Syariya dan Suhala Baqir tewas seketika.
Selain dua pejuang itu, dua orang pejalan kaki juga dikabarkan menderita luka-luka dalam serangan yang sudah keempat kalinya dilakukan tentara Israel dengan target Jalur Gaza.
Saksi mata bernama Ahmad Barhum mengungkapkan, ia sedang mengendarai mobilnya yang berjarak sekitar 200 meter di belakang mobil yang ditumpangi pejuang Brigade Martir Al-Aqsa yang tiba-tiba meledak. "Ledakan hebat menghancurkan bagian atas mobil, kaca-kaca depan mobil saya ikut hancur dan mobil itu terbakar seperti bola api yang besar," tutur Barhum.
Pada hari yang sama, komandan militer Jihad Islam di Tepi Barat, Ahmad Raddat juga tewas terbunuh oleh tentara Israel. Sumber-sumber di Palestina mengungkapkan, Raddat terbunuh setelah pasukan khusus Israel mengepung sebuah rumah di kota Nablus yang diyakini menjadi tempat persembunyian Raddat.
Korban kebiadaban Israel lainnya sepanjang dua hari ini antara lain Rami al-Shaikh Khalil,23, yang menderita luka berat akibat serangan Israel ke kantor milik gerakan Fatah yang digunakan oleh Brigade Martir Al-Aqsa di kota Gaza. Dalam serangan itu, tiga aktivis faksi pejuang itu tewas dan tujuh warga Palestina, empat di antaranya aparat keamanan Palestina mengalami luka-luka.
Sebelunya, pada Senin (6/2) pasukan pendudukan Israel membunuh dua orang pejuang Brigade Martir Al-Aqsa lainnya, Hasan Asfur, 25, dan Rami Hanun,28, dengan misil-misil mereka di utara Gaza.
Dua pejuang Jihad Islam, Adnan Bustan dan Jihad al-Suaferi juga tewas oleh serangan misil Israel di utara Gaza pada hari Minggu.
Palestina Protes Serangan Israel
Otoritas Palestina mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan Israel sepanjang dua hari ini yang menimbulkan korban tewas dan luka-luka di kalangan warga Palestina.
"Tujuan serangan ini adalah untuk mengganggu pemerintahan baru dan dialog nasional bangsa Palestina. Kami meminta dunia internasional untuk segera menghentikan serangan Israel di Tepi Barat dan pembunuhan serta serangan udara Israel di Gaza," kata juru bicara kepresidenan, Nabil Abu Rudeina.
Namun Menteri Pertahanan Israel, Shaul Mofaz menyatakan akan tetap meneruskan kebijakannya melakukan pembunuhan terhadap target-target warga Palestina yang sudah ditentukan.
"Kami akan melanjutkan untuk melakukan operasi-operasi penting sepanjang diperlukan bagi semua organisasi yang berani mengancam keamanan warga Israel," kata Mofaz.
Israel Tentukan Perbatasan Sendiri
Selain mengancam akan melanjutkan operasi kekerasannya, Mofaz juga menyatakan bahwa Israel secara sepihak akan menentukan perbatasan-perbatasan dengan Palestina melalui meja perundingan.
"Secepatnya setelah pemilu, pemerintah akan membicarakan masalah perbatasan-perbatasan permanen," kata Mofaz pada harian Maariv, mengacu pada pemilu Israel yang akan diselenggarakan pada 28 Maret mendatang.
Ia menyatakan, prioritas utama Israel adalah melakukan kesepakatan dengan Palestina. Jika kesepakatan itu tidak tercapai, Israel akan mengambil tindakan lainnya.
Sejak penarikan mundur Israel dari Jalur Gaza lima bulan lalu, isu-isu perbatasan menjadi isu yang belum tuntas hingga saat ini. Palestina menginginkan terbentuknya negara Palestina di masa depan dengan perbatasan yang sudah ditetapkan pada 1967 yang terdiri dari seluruh wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat, dengan Al-Quds (Yerusalem Timur) sebagai ibukotanya. (ln/aljz/iol)