Kedatangan 39 warga Palestina ke Chili disambut meriah oleh warga setempat, dengan kibaran bendera Palestina dan lagu-lagu nasional Chili serta lagu kebangsaan Palestina.
Warga Palestina itu merupakan rombongan pertama dari 117 warga Palestina yang kedatangannya disetujui oleh pemerintah Chili di bawah payung kordinasi dengan Gereja Katolik dan kantor urusan pengungsi PBB (United Nations High Commissioner for Refugees).
Mereka adalah warga Palestina yang selama ini terlunta-lunta di kamp-kamp pengungsi di perbatasan Irak dan Suriah dan menerima tawaran untuk diungsikan ke Chili. "Kami berharap, penderitaan mereka menjadi masa lalu, dan Chili menjadi awal kebahagiaan baru, " kata Deputi Menteri Dalam Negeri Chili, Felipe Harboe saat menyambut 39 pengungsi Palestina yang terdiri dari 16 orang dewasa dan 23 anak-anak.
Pemerintah Chili akan menempatkan pengungsi Palestina itu di kota La Calera, sebelah barat laut kota Santiago, karena di kota itu terdapat banyak komunitas Arabnya.
Lebih dari seribu warga Chili berkumpul di Central Plaza untuk menyambut kedatangan pengungsi Palestina hari Minggu (6/4). Dengan mengenakan pakaian serba hitam, warga Palestina itu satu persatu turun dari bis setelah perjalanan panjang yang melelahkan dari Suriah ke Chili yang makan waktu dua hari.
Kelompok musik tradisional Chili memainkan musik mengiringi tarian nasional Chili "cueca." Setelah itu, kelompok paduan suara anak-anak menyanyikan lagu kebangsaan Palestina, mengiri pengibaran bendera Palestina.
"Pintu hati kami, hari ini terbuka untuk kalian, " kata Pendeta Rodrigo Tupper, kepala gereja bidang bantuan pengungsi.
Para pengungsi Palestina, nampak meski lelah terlihat rileks dan membalas sambutan itu dengan senyum dan anggukan. Beberapa orang di antaranya menerikaan kata "gracias" ke arah kerumunan orang yang menyambut mereka.
"Kami yakin, di sini, kami bisa hidup damai, " kata Tame Jalifa, salah seorang pengungsi.
Setiap pengungsi akan menerima dana bantuan sebesar 50 dollar per-orang atau 500 dollar per-keluarga, termasuk fasilitas rumah, layanan kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak mereka, sampai mereka benar-benar bisa mandiri.
Pada minggu-minggu pertama, para pengungsi juga akan belajar bahasa Spanyol dan mendapatkan dokumen untuk menetap di negara Amerika Selatan itu.
Pemerintah Chili berjanji akan menyediakan lapangan pekerja bagi para pengungsi itu, antara lain sebagai penjahit, tukang kayu atau sopir. (ln/IHT)