Yayasan Al – Aqsa Foundation memperingatkan rencana Israel yang sedang berlangsung untuk lakukan Yahudisasi Masjid suci ketiga umat Islam , mengungkapkan bahwa objek utama dari diskusi parlemen Knesset adalah menempatkan masjid Al Aqsha di bawah pemerintahan Israel .
” Diskusi diselenggarakan pada hari Selasa di parlemen Knesset adalah langkah pertama menuju ibadahnya bangsa Israel di dalam Masjid Al – Aqsa , ” kata yayasan Al – Aqsa Foundation for Endowment and Heritage dalam sebuah pernyataan pada Rabu, 26 Februari .
“Ini mencerminkan percobaan penguasaan Israel atas Al – Aqsa melalui serangan dan pelanggaran yang kerap terjadi , ” tambah pernyataan itu .
Atas serangan Israel tersebut , Yayasan Al Aqsha mengatakan umat Islam sedunia harus terus mengunjungi Masjid Al Aqsha , Sholat dan berdoa di masjid tersebut sambil meneriakkan ” Allahu Akbar dan membaca Alquran .
Yayasan Al Aqsha juga mendesak respon cepat dari negara-negara Arab atas pelanggaran Israel atas Al – Quds.
” Kami mendesak negara-negara Islam dan Arab untuk mengambil keputusan dan tindakan yang jelas untuk mendukung Al – Aqsa dan Al – Quds , ” katanya
” Reaksi regional tentang kasus Palestina tidak boleh hanya dengan mengecam pelanggaran . harusnya dengan tindakan yang lebih komprehensif , ” tambah pernyataan tersebut.
Pernyataan Foundation mengikuti diskusi Selasa di Knesset untuk menempatkan kompleks Masjid Al -Aqsa di bawah kedaulatan Israel .
Di antara tuntutan anggota parlemen Knesset Israel membuat kekhawatiran Muslim atas rencana Israel untuk mengkooptasi Al – Aqsa .
Diantara tuntutan anggota parlemen Israel seperti : ” Saya meminta pemerintah (Israel) untuk menerapkan kedaulatan penuh Negara Israel di seluruh Temple Mount [ Al – Aqsa ] , ” ujar anggota partai Likud Moshe Feiglin mengatakan pada diskusi hari Selasa , Jewish Telegraphic Agency melaporkan .
” Saya menyerukan kepada pemerintah Israel untuk mengizinkan akses gratis ke setiap orang Yahudi ke Temple Mount [ Al – Aqsa ] melalui pintu gerbang apapun, dan memungkinkan mereka untuk berdoa . ” (OI/KH)