Tiga faksi pejuang Palestina, Brigade Martir al-Aqsa yang berafiliasi ke Fatah, Brigade Abu Ali Mustafa dan Brigade Kesatuan Perlawanan mengklaim bertanggung jawab atas insiden ledakan bom di kota Dimona, Israel yang terjadi Senin (4/2).
Dalam wawancara dengan al-Jazeera lewat telepon, Abu Fuad yang menjadi juru bicara ketiga brigade pejuang itu mengatakan, para pelaku serangan menyelinap masuk ke wilayah Israel pada saat perbatasan terbuka dan saat ini sudah banyak para pejuang Palestina di wilayah Israel yang siap melakukan serangan susulan.
Setelah peristiwa itu, faksi pejuang lainnya yang mengaku dari kelompok "Tentara Palestina" merilis sebuah rekaman video berisi ucapan perpisahan dua pelaku ledakan bom. Salah seorang pelaku bernama Loai al-Aghwani, 20, dengan mengenakan seragam mirip seragam militer serta menyandang senjata, mengatakan bahwa dirinya berharap keikusertaannya melakukan serangan ini akan "memulihkan kemuliaan rakyat Palestina."
Dalam insiden ledakan kemarin, aparat kepolisian Israel mengklaim berhasil menembak satu orang yang diduga akan melakukan serangan serupa dan berusaha melepaskan jaket yang diduga sudah disematkan bahan peledak. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dilaporkan ikut meninjau lokasi ledakan.
Televisi Israel menayangkan wajah yang diduga sebagai pelaku kedua, sebelum ditembak polisi Israel. Tapi sosok dan wajahnya tidak mirip dengan wajah Al-Aghwani dari kelompok "Tentara Palestina."
Di rumah Al-Aghwani di Ghaza, bendera Fatah yang berwarna kuning dikibarkan dan sejumlah anggota Brigade Martir al-Aqsa melepaskan tembakan ke udara sebagai penghormatan terhadap Al-Aghwani. Sementara ibu Al-Aghwani terlihat menangis sambil memegang foto puteranya.
Kelompok Brigade Martir Al-Aqsa membantah bahwa Al-Aghwani, bersama Musa Arafat, rekannya yang juga melakukan aksi bom syahid masuk ke Israel melalui perbatasan Mesir. Namun menurut sang ibu, puteranya sempat menelponnya dari kota el-Arish, Mesir.
Masih kata sang ibu, sejak perbatasan terbuka, puteranya sudah tiga kali keluar masuk perbatasan, dan ia terakhir melihat anak lelakinya itu pada Rabu, pekan kemarin. Selama itu, al-Aghwani tidak menunjukkan tanda-tanda ingin melakukan misi bom syahid.
Sementara itu, juru bicara Hamas di Ghaza Ayman Taha menyatakan, aksi bom syahid itu tidak akan berpengaruh bagi upaya Hamas untuk membuka kembali perbatasan Ghaza-Mesir. "Aksi bom syahid sudah ada sejak perbatasan ditutup dan para pejuang selalu menggunakan setiap kesempatan untuk melakukan aksi-aksi perlawanan, " ujar Taha.
"Mereka menunjukkan bahwa rakyat Palestina mampu merespon musuh dan kejahatan yang dilakukan oleh musuh mereka, " sambung Taha.
Hal serupa dilontarkan Menteri Sosial Palestina pemerintahan Abbas, Mahmud Habbash. Ia mengatakan bahwa Israel bertanggung jawab atas "makin meluasnya tindak kekerasan." Jibril Rajoub, anggota Dewan Revolusioner Fatah menambahkan, satu-satunya cara Israel mencegah serangan adalah dengan berdamai dengan Palestina.
Beberapa jam setelah aksi bom syahid di kota Dimona, Israel melakukan serangan ke Jalur Ghaza dan menewaskan tiga pejuang Palestina dari faksi Komite Perlawanan Popular. Pasukan Israel juga membunuh dua pejuang Jihad Islam di kota Jenin, Tepi Barat. Lewat pengeras suara, Jihad Islam mengumumkan bahwa yang terbunuh adalah dua pimpinan lokal mereka, Ahmad Abu Zeid dan Imad Zakarneh. (ln/ajz)