Sebuah ledakan terjadi di wilayah Israel dekar perbatasan Jalur Gaza, Selasa (27/1). Ledakan itu menewaskan seorang tentara Israel dan melukai tiga tentara lainnya. Setelah peristiwa itu, warga Palestina di Khan Younis melaporan bahwa mereka mendengar tembakan dari tank-tank Israel dan pesawat-pesawat tempur Israel mengintari wilayah itu.
"Sebuah benda eksplosif diledakkan di dekat tentara Israel yang sedang melakukan patroli di perbatasan," kata seorang sumber di kemiliteran Israel yang tidak mau disebut namanya.
Sementara warga Khan Younis mengatakan, terjadi baku tembak antara tentara patroli Israel dan sekelompok warga Palestina bersenjata di perbatasan, setelah peristiwa ledakan itu. Sumber di kalangan medis di Gaza mengatakan, seorang warga Palestina bernama Anwar al-Dreim, 24, terbunuh di perbatasan Gaza namun belum jelas apakah Dreim syahid akibat tembakan artileri atau tembakan dari helikopter-helikopter tempur Israel.
Peristiwa ini adalah insiden serius pertama yang terjadi sejak Israel dan pejuang Palestina di Gaza menyatakan gencatan senjata. Hamas tetap mendesak Israel dan Mesir membuka seluruh perbatasan dengan Jalur Gaza jika menginginkan gencatan senjata permanen dengan Hamas.
Sampai hari ini, Israel tetap tidak mau membuka perbatasan, sedangkan Mesir memberlakukan buka tutup perbatasan. Uni Eropa menyampaikan keluhannya atas sikap Israel dan Mesir itu karena pengiriman bantuan kemanusiaan jadi terhambat karena masalah di perbatasan.
"Yang paling kita butuhkan adalah akses, akses, akses. Kami kecewa karena pembukaan perbatasan untuk keperluan pengiriman bantuan kemanusiaan tidak dipatuhi seperti yang kami harapkan," kata Komisaris Hubungan External Uni Eropa, Benita Ferrero Waldner pada wartawan setelah melakukan pertemuan dengan para menlu Uni Eropa yang membahas krisis di Gaza.
Menurut Ferrero, setiap harinya harus masuk sekitar 600 sampai 800 truk pembawa bantuan kemanusiaan. Tapi saat ini, truk-truk yang bisa masuk masih sangat terbatas antara 50 sampai 100 truk per hari. "Jumlah itu sama sekali tidak cukup," kata Bernard Kouchner, menlu Prancis. Meski demikian, Uni Eropa tidak melakukan tekanan apapun pada Israel agar rezim Zionis itu membuka semua perbatasan Gaza. Beda dengan tekanan yang dilakukan Uni Eropa terhadap Hamas. (ln/mol)