Gara-gara mendukung perjuangan rakyat Palestina dan mengkritik Israel, karir Norman Finkelsteint untuk menjadi profesor di Universitas DePaul, salah satu universitas terkemuka di AS, dihambat.
Universitas Katolik DePaul yang berbasis di Chicago, seperti dilansir surat kabar Guardian edisi Selasa (12/6), menolak penunjukkan Finkelsteint sebagai profesor tetap di universitas itu karena kritikan-kritikannya yang tajam terhadap Israel dan Zionisme.
Finkelsteint sendiri mengakui namanya sudah di black-list karena mendukung perjuangan rakyat Palestina, meski secara akademis ia sudah memenuhi kualifikasi untuk menjadi profesor di universitas tersebut.
"Saya sudah memenuhi persyaratan kualifikasi untuk menjadi profesor di DePaul, tapi itu saja tidak cukup untuk mengatasi penentangan secara politik, terhadap kritikan-kritikan saya dalam masalah konflik Palestina-Israel, " kata Finkelsteint, profesor keturunan Yahudi yang kini masih menjadi asisten bidang ilmu politik.
DePaul mengklaim banyak menerima surat dan email berisi penolakan terhadap Finkelsteint. Antara lain dari Alan Dershowitz, profesor hukum di Universitas Harvard yang mengirimkan banyak dokumen yang ia sebut sebagai dosa-dosa akademis, kebohongan-kebohongan, kesalahan kutipan dan distorsi informasi yang dilakukan Finkelsteint.
Atas banyaknya penolakan itu, manajemen Universitas DePaul setalah melakukan pembahasan tanggal 9 Juni lalu, memutuskan menolak Finkelsteint untuk menjadi profesor di universitas tersebut.
Penolakan itu menimbulkan perdebatan di kalangan akademisi dan agamawan di AS. Sejumlah akademisi menilai Finkelsteint sudah menjadi target kampanye buruk kelompok lobi Israel yang dilakukan di dalam dan di luar kampus AS.
Kritikan juga dilontarkan dari kalangan intelektual Yahudi. Ahli bahasa dan aktivis politik Noam Chomsky misalnya, menilai keputusan Universitas DePaul sebagai keputusan yang "memalukan." Pada surat kabar Inggris, Chomsky menilai Finkelsteint sebagai seorang akademisi yang memiliki reputasi yang baik.
Sementara itu, Finkelsteint menyatakan, penolakan tersebut tidak akan membuatnya berhenti untuk mengemukakan pandangan-pandangannya yang tajam atas kebijakan Israel terhadap bangsa Palestina.
"Mereka bisa menolak jabatan saya, menolak hak saya untuk mengajar. Tapi mereka tidak akan pernah menghentikan saya untuk mengatakan apa yang saya yakini. Saya tidak akan mundur meski cuma seperseribu inci sekalipun, " tegasnya seperti dikutip surat kabar Chicago Sun-Times.
Pandangan-pandangan Finkelsteint yang tajam terhadap kebijakan pemerintah Israel di Palestina, memang membuat gerah kelompok lobi Israel yang ada di AS. Finkelsteint misalnya, menyebut tragedi Holocaust telah dieksploitasi untuk kepentingan politik dan untuk mendapatkan keuntungan finansial.
Dalam buku terbarunya berjudul "Beyond Chutzpah: On the Misuse of Anti-Semitism and the Abuse of History", Finkelsteint menuding Israel telah memanfaatkan anti-semitisme sebagai senjata untuk mencegah munculnya kritik terhadap Israel.
Bersamaan dengan dukungan terhadap kelompok-kelompok lobi Israel di AS, kritik-kritik pedas terhadap kebijakan Israel juga makin mengemukan di Negeri Paman Sam itu. Mantan Presiden AS Jimmy Carter dalam bukunya "Palestine Peace Not Apartheid" mengecam kebijakan Israel di Tepi Barat, meskipun akibatnya Carter dituding bias dan anti-Semit. (ln/iol)