Seorang bayi Palestina kembali menjadi korban blokade Israel di Jalur Gaza yang sudah berlangsung selama hampir dua tahun. Senin (25/5), Muhammad Rahmi Nofal, bayi berusia 12 bulan menghembuskan nafasnya yang terakhir karena gangguang jantung yang dideritanya.
Nofal yang selama ini dirawat di sebuah rumah sakit di Khan Younis mungkin masih bisa selamat kalau saja Israel memberikan ijin bagi Nofal dan para dokter yang merawatnya untuk keluar dari Gaza guna mendapatkan perawatan medis yang lebih baik bagi Nofal.
Dengan demikian, jumlah pasien di Gaza yang meninggal dunia karena tidak diijinkan keluar Gaza oleh Israel mencapai 337 orang. Menurut laporan organisasi Physicians for Human Rights yang berbasis di Israel bertajuk Holding Health to Ransom, Tel Aviv sengaja memberlakukan kebijakan yang fatal bagi para pasien penyakit berat sebagai salah satu upayanya untuk menekan warga Gaza dan memaksa mereka menjadi mata-mata bagi Israel di Gaza.
Menurut laporan itu, Israel memberikan ijin bagi pasien yang ingin berobat ke luar Gaza jika pasien yang bersangkutan mau memberikan informasi yang dibutuhkan Israel. "Saya yang memutuskan dan membuat aturan, dan kamu akan melihat, jika kamu bersedia melakukan apa yang saya katakan, saya akan ijinkan kamu ke Rumah Sakit Ichilov. Sekarang terserah kamu, mau menerima permintaan saya atau tidak," demikian laporan itu mengutip perkataan seorang interogator Israel pada seorang pasien dari Gaza.
Penderitaan para pasien di Gaza makin berat, karena negara Mesir yang mengelola perbatasan Rafah, satu-satunya perbatasan dengan Gaza yang tidak dikuasai Israel, ikut melakukan "blokade" terhadap warga Gaza. Petugas perbatasan di Mesir juga menolak membuka pintu perbatasan bagi warga Gaza, termasuk bagi para pasien penyakit berat yang membutuhkan perawatan medis yang lengkap. (ln/prtv)