Serangan besar-besaran Israel ke Jalur Gaza sejak hari Sabtu telah menewaskan lebih dari 200 warga Palestina dan 800 orang lainnya luka-luka. Serangan ini merupakan serangan terbesar yang dilakukan rezim Zionis ke wilayah Palestina selama 60 tahun konflik Israel-Palestina.
Gencatan senjata antara Israel dan pejuang Palestina di Gaza selama enam bulan hasil mediasi Mesir, tidak membawa kemajuan bagi proses perdamaian antara Israel-Palestina. Israel masih terus memblokade Gaza dan melakukan provokasi berupa serangan-serangan ke Jalur Gaza. Sikap Israel yang tidak menghormati kesepakatan gencatan senjata memicu reaksi balasan dari para pejuang Palestina di Gaza terutama Hamas yang menguasai wilayah Gaza sejak Juni 2007.
Israel memanfaatkan aksi-aksi balasan Hamas untuk mencari-cari alasan agar bisa menyerang Gaza. Menjelang berakhirnya kesepakatan gencatan senjata tanggal 19 Desember kemarin, para pejabat pemerintahan Israel berulangkali mengancam akan melakukan serangan besar ke Jalur Gaza untuk menumbangkan Hamas.
Dan Israel mewujudkan serangan itu pada Sabtu (27/12) menjelang waktu dzuhur. Dalam hitungan jam, serangan brutal Israel menewaskan dan mencederai ratusan warga Gaza yang tak berdosa. Diduga Israel berani melakukan serangan itu karena mendapat lampu hijau dari sekutu-sekutunya terutama AS dan sejumlah negara Eropa. Karena sebelum melakukan agresi, Israel menyatakan akan mencari dukungan internasional untuk mendukung serangannya ke Jalur Gaza.
Dugaan itu ada benarnya, paling tidak hal itu tersirat dari pernyataan pemerintah AS yang menyalahkan Hamas atas serangan yang dilakukan Israel ke Jalur Gaza dan menyerukan agar Israel menghindari korban dari kalangan warga sipil. Dengan kata lain, AS dengan cara halus menunjukkan dukungannya atas agresi Israel ke Jalur Gaza.
"AS mengecam keras serangan roket dan mortir ke Israel dan Hamas bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran gencatan senjata dan terjadinya aksi-aksi kekerasan baru di Gaza," kata Menlu AS Condoleezza Rice.
Juru Bicara Gedung Putih Gordon Johndroe juga menyalahkan Hamas dan menyebutnya sebagai teroris. "Israel ingin membela warganya dari para teroris seperti Hamas. Kalau Hamas menghentikan tembakan roketnya ke Israel, Israel tidak perlu melakukan serangan ke Gaza," ujar Johndroe membela Israel.
Pembelaan yang dilakukan AS pada Israel bukan hal mengejutkan, karena selama ini AS memberikan dukungan buta dan tutup mata atas aksi-aksi kekejaman yang dilakukan sekutunya itu terhadap rakyat Palestina. AS memasukkan Hamas ke dalam daftar teroris ketika Hamas memenangkan pemilu di Palestina. Begitulah AS, yang dimaksud teroris oleh AS adalah mereka yang menentang Israel dan kepentingan AS. Hamas yang berjuang untuk mempertahankan tanah airnya dari penjajahan Israel pun disebut AS sebagai teroris.
Ironisnya, Presiden Palestina Mahmoud Abbas ikutan-ikutan AS menyalahkan Hamas sebagai biang keladi serangan Israel ke Jalur Gaza.
Serangan brutal Israel membuat kota Gaza porak poranda. Israel membombardir lebih dari 40 pos-pos kemanan termasuk dua upacara kelulusan para anggota polisi baru Palestina. Dalam sebuah lokasi upacara di Kota Gaza, jenazah saling bertumpukan disertai rintihan para korban luka.
Situasi di Jalur Gaza benar-benar memprihatinkan, warga Gaza yang sudah lemah dan tak berdaya akibat blokade yang dilakukan rezim Zionis setahun lebih kini harus merenggang nyawa akibat keserakahan dan kejahatan para Yahudi Zionis Israel. Sejumlah tenaga penyelamat sambil memberikan bantuan berteriak "Allahu Akbar" sementara lantuan ayat-ayat suci alQuran terdengar dari mulut para korban yang luka-luka.
Sayanganya, dalam kondisi Muslim Jalur Gaza dizolimi oleh Zionis Israel. Para pemimpin negara Arab masih mampu menunjukkan sikap tegas mereka menentang agresi Israel ke Gaza. Raja Arab Saudi, Raja Abdullah cuma bisa menelpon Bush dan meminta Presiden AS itu melakukan intervensi untuk menghentikan serangan Israel.
"Negara-negara superpower harus bertanggung jawab menghentikan serangan Israel dan menyelamatkan nyawa rakyat Palestina yang tak berdosa dan infrastruktur di wilayah Palestina," demikian laporan kantor berita Saudi mengutip permintaan Raja Abdullah pada Bush lewat telepon hari Sabtu kemarin.
Ujian Bagi Obama
Kecaman terhadap serangan Israel ke Jalur Gaza juga dilontarkan Kepala Keamanan Nasional di parlemen Iran yang juga menjabat sebagai ketua komisi bidang kebijakan luar negeri Iran, Alaeddin Boroujerdi. Dalam wawancara dengan kantor berita Iran, ISNA, Alaeddin menyatakan bahwa AS dan negara-negara Barat yang selama ini mendukung entitas Zionis Israel bertanggung jawab atas tragedi kemanusiaan di Gaza.
Menurutnya, tanpa dukungan penuh dari negara-negara tersebut, Zionis Israel tidak akan berani menyerang dan membantai rakyat Palestina di Gaza. Alaeddin juga mengatakan, kejahatan-kejahatan yang terus dilakukan Israel di Jalur Gaza akan menjadi ujian bagi presiden baru AS Barack Obama untuk menunjukkan sikapnya guna menghentikan kekejaman Israel.
Alaeddin menilai Israel sudah putus asa menghadapi kegigihan perlawanan para pejuang Palestina di Jalur Gaza, sehingga memutuskan untuk menyerang dan membantai penduduk Gaza. Anggota parlemen Iran itu juga mengajak seluruh umat Islam di dunia ikut berperang guna meringankan krisis kemanusiaan di Gaza. Informasi terakhir yang dirilis berbagai media internasional menyebutkan jumlah warga Palestina yang gugur syahid akibat serangan biadab Zionis Israel sudah lebih dari 300 orang.(ln/berbagai sumber)