Pada periode 2001-2006, siapa tak kenal Ariel Sharon? Ia adalah Perdana Menteri Israel yang sangat "agresif", ide dan kebijakannya dianggap mampu memperluas Israel sekaligus melindungi kepentingan bangsa Yahudi di dunia internasional. Yang paling memorable dari Sharon adalah Tragedi Shabra Shatila.
Ia dikenal dengan nama “Penjagal Shabra Shatila” (The Butcher of Shabra Shatila). Peristiwa pembantaian sadis pada 16 September 1982 itu, terjadi di kamp pengungsi Shabra Shatila. Selama dua hari, milisi Kristen diberi keleluasaan oleh Israel (lewat komando Sharon) untuk membantai pengungsi Muslim Palestina. Lebih dari 2000 Muslim –kebanyakan wanita dan anak-anak— tewas mengenaskan akibat peristiwa itu.
Sharon juga bertanggung jawab pada tragedi pembantaian Qibya pada 13 Oktober 1953 di mana saat itu 96 orang Palestina tewas oleh Unit 101 yang dipimpinnya. Karena ini pula dijuluki "Tukang Jagal dari Beirut."
Pada Januari 2006, ia "pensiun dini". Sharon terkena serangan stroke dan kemudian digantikan sementara oleh Ehud Olmert. Jika bukan karena sakit, maka warga Israel niscaya tidak akan pernah berhenti mendapuknya sebagai pemimpin mereka. Sejak saat itu, ia koma tak sadarkan diri. Dokter Israel mengatakan Sharon mengalami stroke haemorrhage (perdarahan otak) yang berat. Nah, sejak saat itu, ia berada dalam kondisi mati tidak, hidup pun tidak. Saat ini ia dirawat di Rumah Sakit Chim Sheba, dekat Tel Aviv.
Selama tiga tahun, Sharon berada di rumah sakit. Sakit Sharon ini di luar diagnosis dokter manapun. Dokter sudah menjalani berbagai operasi, namun tidak satupun berhasil, bahkan semakin menjadi misteri. Karena waktu yang lama, dan perawatannya menelan biaya besar, Departemen Kesehatan Israel rupanya jengkel, dan habis kesabaran.
Mereka mengeluarkan surat pernyataan keberatan atas perawatan Ariel Sharon kepada pemerintah Israel. "Dengan segala hormat yang wajib diberikan atas kontribusi dari Ariel Sharon, kami tidak mengerti mengapa negara harus membayar biaya ini.
Kami merasa harus ada penyidikan oleh otoritas Negara yang kompeten." begitu kira-kira bunyinya. Intinya, pihak rumah sakit benar-benar sudah muak dengan sakitnya Sharon. Setiap tahun, pemerintah Israel mengeluarkan dana 1,5 sampai 2 juta shekel untuk mengurus Sharon.
Reaksi warga Israel pun ternyata sama dengan sikap rumah sakit. Mereka tampaknya tidak peduli dengan nasib mantan pemimpinnya itu. Padahal selama berpuluh tahun, Ariel Sharon merupakan pemimpin poitik dan militer kebanggaan Israel. Jasanya sebagai Perdana Menteri dan berdinas sebagai Mayor Jenderal Angkatan Bersenjata selama 30 tahun, menguap begitu saja! (sa/yn)