Berdasarkan laporan timnya, Jason Lee mengungkapkan tim medis di Gaza kesulitan merawat korban pemboman, termasuk anak-anak, karena jaringan listrik rusak.
Pasokan bahan bakar, yang merupakan satu-satunya sumber tenaga listrik di Jalur Gaza, kian menipis. Sementara Israel telah memblokade perbatasan tempat masuknya bahan bakar ke Gaza.
Save the Children memperingatkan akan adanya tiga guncangan terhadap warga sipil di Gaza. Pertama, pemboman Israel yang terus berlanjut, akan merusak fasilitas kesehatan dan infrastruktur sehingga warga Gaza akan sulit mendapat pasokan hidup.
Kedua, anak-anak Gaza yang sakit kritis dan terluka tidak dapat meninggalkan daerah itu untuk mendapatkan perawatan lebih memadai.
“Kesemua layanan publik di Gaza kini berada di tepi jurang kehancuran. Belum lagi kini kita menghadapi wabah covid-19. Persediaan medis sangat terbatas karena blokade,” kata Jason.
Menurut data terbaru PBB, kerusakan infrastruktur akibat bom Israel telah menyebabkan 480.000 orang di Gaza kesulitan mengakses air bersih.
“Bahkan di sejumlah titik, tak lagi ada air,” kata Jason.
Jason berharap, komunitas internasional dan PBB bisa mendesak Israel untuk menghentikan pemboman di Gaza.
Selain itu, komunitas internasional harus bisa mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk melakukan gencatan senjata, agar misi kemanusiaan bisa masuk.
“Kesemua itu harus dilakukan, untuk menjamin anak-anak di Gaza bisa hidup dalam kedamaian.” [Suara]