“Saya merasa pusing ketika saya melihat vandalisme di dalam masjid, seperti yang dapat dilihat sisa-sisa ayat Alquran dihapus dari mimbar dan digantikan oleh Sepuluh Perintah dalam bahasa Ibrani,” kata Tabari.
Menurut sejarawan Mustafa Abbasi, masjid Al Ahmar dibangun pada 1276 dan memiliki nilai sejarah serta arsitektur tinggi.
“Masjid Al Ahmar mendapatkan nama dari batu merahnya. Hari ini, masjid ini digunakan dalam berbagai cara tetapi bukan sebagai ruang salat bagi umat Islam,” kata Tabari, yang merupakan penduduk asli Safed.
Masjid bersejarah lainnya di Safed yang memiliki kisah serupa adalah Greek Mosque atau Masjid Yunani. Masjid itu dibangun pada 1319 dan diubah menjadi galeri seni, di mana dilarang digunakan untuk salat.
Ribuan warga Palestina—termasuk keluarga Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas—dicabut hak tinggalnya ketika mereka melarikan diri dari Safed pada 1948, sebelum pasukan Zionis-Yahudi mengambil kendali Safed.
Saat ini, tidak ada populasi Arab yang signifikan di wilayah itu.
“Saya mengunjungi Safed sebelumnya, sekali,” kata Abbas, kepada media Zionis-Israel.
“Saya ingin melihat Safed. Adalah hak saya untuk melihatnya, tetapi tidak untuk tinggal di sana.” (*)