Pangeran William sebetulnya juga dijadwalkan mengunjungi Bukit Bait Suci, Gereja Makam Suci, Gereja Johanes Pembaptis, serta Tembok Barat, yang semuanya terletak di dalam Kota Tua Yerusalem. Namun, tak satu pun dari situs-situs tersebut secara khusus tercantum dalam rencana perjalanan kerajaan. Quarrey tidak menjelaskan rencana kunjungan Pangeran William ke Yordania dan ke Otoritas Palestina. Dia juga tidak mengkonfirmasi laporan yang menyebutkan Pangeran William akan mengunjungi Tembok Barat, meskipun dua sumber mengatakan kepada Times of Israel bahwa situs suci Yahudi itu menjadi bagian dari jadwal kunjungannya.
Jika William mengunjungi Tembok Barat, maka kunjungannya itu mungkin akan bersifat pribadi, seperti yang dilakukan pejabat-pejabat asing lainnya. Kunjungan pribadi tidak mengharuskan William untuk ditemani perwakilan resmi dari negara tuan rumah, sehingga memungkinkan dia untuk menghindari masalah kedaulatan.
Tahun lalu, Presiden AS Donald Trump juga berkunjung ke Tembok Barat dan Gereja Makam Suci. Kunjungan itu terdaftar sebagai kunjungan pribadi. Kunjungan serupa juga dilakukan Kanselir Austria Sebastian Kurz, pekan lalu.
Pangeran William sebetulnya juga dijadwalkan menyampaikan pidato di resepsi yang diselenggarakan Konsul Amerika di Yerusalem. Namun, protokol mencegahnya membuat pernyataan yang mungkin dianggap partisan.
Sikap Inggris yang mengakui Jerusalem sebagai daerah Palestina menuai kemarahan politisi sayap kanan Israel.
“Yerusalem sudah menjadi ibu kota Israel sejak lebih dari tiga ribu tahun. Tidak ada distorsi dalam dokumen briefing untuk kunjungan ini atau itu akan mengubah kenyataan,” tulis Menteri Urusan Yerusalem Zeen Elkin dalam akun Twitter-nya. (kl/rakyatmerdeka)