Tahun baru Masehi 2010 baru saja menjelang, beberapa jam lalu. Seperti biasanya, setiap orang di hampir semua pelosok larut dalam perayaannya yang berlangsung hingga dini hari. Bukan hanya orang tua dan dewasa saja, bahkan anak-anak kecil pun banyak yang diperbolehkan orang tuanya untuk tidur sangat larut, demi ikut meniupkan terompet tahun baru.
Pada saat yang bersamaan, malam tahun baru Masehi 2010 diterangi sebuah peristiwa kebesaran Allah swt, yaitu gerhana bulan. Cahaya bulan yang terang benderang memupus semua mendung yang datang sepanjang hari kemarin, dan hujan yang bahkan turun hampir selepas Isya.
Tentu, selalu ada skenario dari Allah swt terhadap semua peristiwa di dunia, apalagi ketika berbarengannnya gerhana bulan dan perayaan tahun baru Masehi. Gerhana bulan memang terjadi Jumat (1/1/2010) sekitar pukul 00.15 dan mencapai puncaknya pada pukul 02.22. Peristiwa ini akan menyebabkan air laut pasang di beberapa wilayah, seperti Jakarta. Akibatnya, apabila malam itu turun hujan lebat, banjir akan terjadi.
Orang-orang yang merayakan malam tahun baru tentu merasa diterangi dan “dimeriahkan.” Mungkin, semua hal yang dekat dengan kemaksiatan terjadi pada malam tahun Baru. Sementara Rasulullah saw bersabda dalam salah satu hadisnya: “Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua (tanda) dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Oleh karena itu, jika kalian melihat hal tersebut maka hendaklah kalian berdo’a kepada Allah, bertakbir, shalat dan bersedekah”. Setelah itu, beliau bersabda : “Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang yang lebih cemburu dari Allah jika hambaNya, laki-laki atau perempuan berzina. Wahai umat Muhammad, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” [Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani].
Takbir memang menggema di beberapa masjid menandakan adanya ada sebagian orang yang terjaga untuk mengagungkan kebesaran Allah swt. Namun tetap saja, jumlahnya sangat sedikit—teramat sedikit—dibandingkan mereka yang “berkonsentrasi” pada perayaan malam tahun baru. Mungkin dengan menurunkan gerhana bulan pada malam tahun baru, Allah swt berkehendak memberi kita pilihan, larut dalam perayaan semu, ataukah memilih untuk menyebut nama Allah swt?
Sementara hari baru di tahun baru 2010 telah bergulir, nasib orang Islam tetap saja sama dengan tahun sebelumnya: miskin, tertinggal, dan jauh dari Allah swt. (sa)