Minggu lalu Mesir menolak mengizinkan konvoi bantuan internasional ke Gaza, melalui Nuweiba, dan memaksa untuk kembali ke Syria, dan dari sana melanjutkan ke El Arish. Tentu ini perjalanan yang sangat jauh, dan harus melewati prosedur Israel.
Kemarin bahkan Mesir semakin menunjukan “niatnya” untuk mencegah atau memperlambat bantuan ke ke Gaza. Sebagian media Israel mengatakan bahwa tindakan itu sudah cukup menegaskan bagaimana, dan kepada siapa Mesir berdiri selama ini.
Alasan Mesir dalam pencegahan konvoi bantuan ini untuk mencegah penyelundupan dari Mesir ke Gaza. Dan meskipun kritik publik di Mesir dan negara-negara Arab lainnya, termasuk membakar foto Presiden Hosni Mubarak dan menuduhnya bekerja sama dengan Israel, Mesir tetap bersikeras pada posisinya.
Mesir seharusnya mengetahui dan sadar mengapa Hamas selama ini selalu menyelendupkan barang-barang dan bantuan dari negara mereka. Posisi rakyat Gaza yang terjepit, dan bahkan bisa dikatakan sekarat karena serba kekurangan, memaksa Gaza untuk melakukan hal itu. Mayoritas rakyat Mesir adalah Muslim dan tidak heran jika kemudian rakyat Mesir amat terlibat dalam berbagai penyelendupan tersebut.
Alih-alih membiarkan konvoi bantuan itu lewat, Mesir malah menebar ancaman dan mengajukan syarat bahwa Hamas dan Fatah harus segera membentuk pemerintahan Palestina. Ini bukan tanpa implikasi tentunya. Bekerja sama dengan Fatah, Hamas tentu juga harus mengakui semua infrastruktur yang ada di belakang Fatah, termasuk menyetujui pembentukan dua negara—satu-satunya hal yang sangat ditentang oleh Hamas. Jadi sampai saat ini, kemungkinan adanya pemerintahan bersama antara Hamas dan Fatah tidak akan pernah terjadi di Palestina.
Belum cukup sampai di situ, Mesir kemudian menyebut Hamas sangat memuakkan, dan merupakan kaki-tangan Teheran. Khaled Mesyaal diberi ultimatum untuk menjelaskan apakah Hamas sebuah organisasi perlindungan kekuatan asing, yang kemudian ditanggapi dengan tertawa oleh Mesyaal: Hamas adalah organisasi Arab-Muslim dan tidak tunduk pada orang lain. Dalam kesempatan terpisah, Mesyaal menegaskan justru satu-satunya golongan yang tidak pernah diterima oleh Hamas adalah kaum Syiah.
Ada apa denganmu, Mesir? (sa/hrtz)