Harian Maarev terbitan Israel, mengungkap rencana agenda pertemuan antara Presiden Abbas yang kerap disebut Abu Mazen, dengan PM Israel Ehud Olmert. Pertemuan antara dua kubu, pemimpin negara penjajah dan pemimpin negara terjajah itu direncanakan berlangsung hari Selasa (2/10), setelah kedua belah pihak menyepakati sejumlah point yang disebut sebagai solusi permanen antara Palestina dan Israel. Salah satunya, dan yang paling penting adalah, kesepakatan soal status akhir Kota Al-Quds atau Jerussalem.
Presiden Abbas sendiri telah mengeluarkan pernyataan mengejutkan pascapertemuannya dengan presiden Mesir Husni Mubarak di Kairo. Menurutnya, sangat mendesak adanya kesepakatan yang berdiri di atas prinsip saling percaya satu sama lain, tentang masalah yang selama ini diperselisihkan, sebelum digelarnya konferensi perdamaian internasional pada bulan November mendatang di sebuah lokasi di Amerika Serikat. Dalam kesempatan itu, Abbas mengatakan, “Saya dan para petinggi Palestina dalam serangkaian pertemuan lalu dengan Olmert telah menyampaikan apa yang terkait dengan status kota Jerussalem. Kami sepakat untuk menjadikan kota Jerussalem sebagai ibukota bagi dua negara. Artinya tidak ada pembagian Jerussalem pada sisi Timur maupun Barat. ”
Sedangkan terkait masalah para pengungsi yang terusir saat Israel menduduki Palestina, Abu Mazin dalam harian Maarev disebutkan tidak terlalu mempermasalahkan soal kesepakatan masa depan dengan Israel terkait masalah “kembalinya para pengungsi Palestina ke Palestina. ” Sementara dari pihak Israel akan turut membantu permasalahan para pengungsi dengan mendatangkan bantuan internasional dan juga memberikan ganti rugi kepada para pengungsi.
Dalam harian Israel itu, dikutipkan pula pernyataan Abbas di akhir pertemuan antara dirinya dan Olmert, “Kapan anda mendengar saya meminta hak kembali rakyat Palestina yang telah terungsikan ke wilayah Israel… Kami meminta hak kembalinya orang Palestina ke Palestina. Di mana Palestina? Inilah yang akan kami sepakati. ”
Meski demikian, menurut harian yang sama, masih ada beberapa poin yang belum disepakati antara Abbas dan Olmert. Antara lain tentang masa depan negara Palestina. Menurut Maarev, pihak Palestina masih meminta agar wilayah Palestina adalah sepanjang wilayah sebelum perampasan tahun 1967 oleh Israel. Sementara pihak Israel masih menolak ide itu. (na-str/iol)