Eramuslim – Tanggal 22 April 2017 ditetapkan sebagai ‘Hari Internasional Melawan Blokade Israel terhadap Jalur Gaza’. Ide ini dicetuskan The Global Campaign to Break the Siege on Gaza (Kampanye Global Melawan Blokade Israel Terhadap Gaza), sebuah Organisasi Palestina yang memperingatkan bahaya eskalasi krisis di Jalur Gaza akibat blokade Israel yang terus berlangsung lebih dari 11 tahun.
Dalam deklarasinya pada hari Sabtu akhir pekan kemarin, gerakan yang menamakan diri “Gerakan Nasional Melawan Blokade dan Renovasi Gaza” memperingatkan bahwa Jalur Gaza kini akan memasuki fase kemerosotan secara total di semua level sejak di blokade penjajah Zionis Israel pada akhir tahun 2006.
Salah seorang aktivis penentang blokade, Ehab El-Gasshin mengatakan bahwa situasi kritis yang dialami masyarakat Palestina di Jalur Gaza membutuhkan langkah nasional yang bersifat strategis antara seluruh lembaga dan faksi perlawanan di tubuh Palestina. “Perlunya penyatuan wacana, dan pemenuhan kebutuhan bagi rakyat Palestina, khususnya mereka yang berada di Jalur Gaza,” katanya seperti dilansir laman suarapalestina.id.
El-Gasshin mengimbau, negara-negara Arab untuk menopang daya tahan masyarakat Jalur Gaza di semua aspek kehidupan, dan mendukung pencabutan blokade Gaza. Dia menegaskan pentingnya peran masyarakat di Tepi Barat Palestina terus melakukan perlawanan (intifadah) terhadap pendudukan Zionis Israel.
Hal senada dikatakan oleh aktivis lainnya, As’ad Jaudah, mengatakan, “Kita sedang memasuki fase yang cukup membahayakan. Kekalahan Jalur Gaza, sama saja dengan kekalahan perjuangan nasional,” seraya menjelaskan bahwa kampanye ini dilakukan untuk memberi tekanan terhadap seluruh pemegang kebijakan, dan menyertakan Jalur Gaza dalam semua dimensi perjuangan.
Dalam sambutannya terkait dengan pengadilan yang bersifat ilegal, aktivis lainnya Umar Noval mengatakan, “Blokade yang semakin diperketat dan upaya untuk melemahkan rakyat Jalur Gaza adalah tindakan kriminal yang tidak pantas.”
Umar Noval mendesak bangsa Arab dan dunia Islam untuk terus memberi bantuan baik secara material maupun moril, dan menyatukan visi misi terhadap masalah Palestina karena hakikatnya merupakan problematika teologis.
Selain itu Noval meminta Presiden Palestina, Mahmod Abbas, untuk lebih tegas dalam menolak blokade Israel terhadap Jalur Gaza, dan merevisi kembali sejumlah kebijakannya terkait Jalur Gaza.
Hingga kini, Israel memberlakukan blokade terhadap Jalur Gaza sejak kemenangan Faksi Hamas dalam pemilu parlemen 2006. Kebijakan ini juga berakibat pada penutupan jalur perlintasan darat Rafah di sisi Mesir. (Suarapalestina/Ram)