12.500 Serdadu ‘Israel’ Cacat Akibat Bertempur di Gaza:

Serdadu ‘Israel’ membawa seorang pria yang cedera ke helikopter militer di dekat pagar pembatas Gaza pada 12 Desember 2023. Foto: Reuters/Avi Roccah

Eramuslim.com – Setidaknya 12.500 serdadu ‘Israel’ diperkirakan akan dinyatakan “cacat” akibat pertempuran di Gaza, ungkap media ‘Israel’ Yediot Ahronoth pada hari Jumat (5/1/2024).

“Perkiraan suram” ini disampaikan oleh sebuah perusahaan yang disewa oleh Kementerian Pertahanan ‘Israel’ untuk melakukan penilaian cedera di antara para serdadu.

Angka 12.500 adalah perkiraan yang konservatif dan hati-hati. Jumlah kasus yang meminta pengakuan disabilitas bisa mencapai 20.000, kata laporan itu.

Departemen rehabilitasi kementerian tersebut saat ini merawat 60.000 serdadu ‘Israel’ yang cacat.

Setidaknya 5.000 telah diterima di departemen tersebut pada tahun 2023, termasuk 3.400 serdadu diterima sejak 7 Oktober. Angka-angka ini hanya mencakup serdadu, dan bukan warga sipil.

Yediot Ahronoth menyatakan angka-angka ini, bersama dengan data resmi lainnya, menunjukkan bahwa jumlah korban cedera yang diberikan oleh militer selama perang memiliki beberapa perbedaan.

Pada akhir Desember, kementerian pertahanan mengatakan jumlah serdadu ‘Israel’ yang cedera sejak 7 Oktober telah mencapai 3.000 orang, dan militer ‘Israel’ mengatakan lebih dari 2.300 orang telah menjadi cacat.

Jumlah korban cedera yang dilaporkan oleh militer ‘Israel’ sebelumnya dipertanyakan, karena jumlah korban dari rumah sakit jauh melebihi jumlah yang dipublikasikan oleh militer.

Penambahan ribuan serdadu lagi ke layanan rehabilitasi dapat menimbulkan tantangan finansial dan logistik terhadap program untuk serdadu penyandang disabilitas, kata Yediot Ahronoth.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa ‘Israel’ mungkin menghadapi kasus-kasus baru yang serupa dengan kasus Itzik Saidian, seorang serdadu ‘Israel’ yang berpartisipasi dalam perang Gaza tahun 2014 dan membakar dirinya pada tahun 2021 di luar kantor rehabilitasi kementerian pertahanan, setelah merasa “dipermalukan setiap kali melakukan kontak” dengan kementerian tersebut. (Middle East Eye) (Sahabat Al-Aqsha)

Beri Komentar