Eramuslim.com – DEBAT Capres dan Cawapres bukan soal “contekan”. Trump dan Hillary pun bawa oret-oretan. No problem at all.
Masalah krusial dari duel capres adalah “the descent of decency”, penurunan standar kepantasan politik. Benar kata Evan Siegfried, a Republican pollster and strategist, “There’s a moral problem in politics”.
The descent of decency itu seputar rasa malu. “Shame is a particularly useful tool in enforcing social norms,” kata Jennifer Jacquet, a professor at New York University and the author of “Is Shame Necessary ? New Uses for an Old Tool”.
Serangan Joko Widodo begitu beringas. Sayang banyak ngawurnya. Nyolotan. Tatapan matanya kadang setajam silet. Kiai Ma’ruf tampak lain. Pucat. No flare. Seolah kulit mukanya di-peeling. Terkesan kaku.
Ada gap besar antara yang dikatakan dengan realitas. Berulang kali, Joko Widodo mengatakan “lapor-lapor-lapor” dan “akan-akan-akan.” Ekspresi ini merupakan “metode active defense”. Nyerang untuk bertahan.
Faktanya, rakyat merasa ada tebang-pilih dalam penegakan hukum. Pendukung oposisi ditangkepin. Sebaliknya, pendukung Status Quo bebas berkeliaran. Kasus Novel Baswedan : Mangkrakkk?