Eramuslim.com – Joko disiapkan dari Solo. Jadi Gubernur Jakarta. Seumur jagung. Batu loncatan menjadi presiden.
Anies ibarat diturunkan dari bis di tengah jalan. Diambil Prabowo. Naik bis lagi. Dipercaya masyarakat menumbangkan Rezim Ahok. Tidak ada planning Anies jadi gubernur.
“Coincidences mean you’re on the right path,” kata Simon Van Booy.
Jadi bila Anies ditarik sebagai cawapres, maka dia tidak sama dengan Joko.
Tidak ada indikasi Anies berambisi nyapres. Setelah berkuasa di Jakarta, dia tidak merilis fund-rising sebagai bekal nyapres. Buktinya, reklamasi distop. Alexis ditutup. Media tidak disuap. Tidak kompromi dengan taipan. Tidak melobi partai-partai. Ngga bentuk tim pencitraan.
Dari gerak-gerik ini, bisa diasumsikan Anies tidak berambisi maju ke bursa capres-wapres. Jelas itu.
Bila Anies diminta jadi cawapres Prabowo, dia bukan ngga amanah. Tapi diberi amanah lebih besar.
Sebagai wapres, Anies bakal kehilangan nikmat sebagai “raja kecil”. Tidak lagi punya kuasa rilis policy. Tidak lagi kelola anggaran 84 triliun rupiah.
Resiko kalah, high risk, Anies bakal kehilangan segalanya. Sekali pun, sampai saat ini, dia kandidat terbagus mendampingi Prabowo.
Bahkan baru wacana saja dia sudah diserang oleh mesin buzzer kandidat lain yang berambisi maju sebagai cawapres. Dia juga dirayu-rayu Pro Joko untuk nyapres, yang artinya mengintervensi Prabowo. Menjadi seorang penghianat dan mematahkan etika politiknya sendiri.