Zaim Saidi Memang Bukan Permadi Arya

Eramuslim.com

Oleh: Ady Amar

Generasi pertengahan 90-an awal pasti mengenal nama Zaim Saidi, bahkan akrab dengan namanya. Zaim memang penulis produktif. Hal-hal sederhana di tangannya menjadi sesuatu, saat itu diungkap dalam tulisan.

Zaim Saidi menulis kolom dan opini, setidaknya di MBM Tempo, Koran Tempo, dan HU Republika. Tulisannya selalu dinanti, tulisan ringan tapi tetap powerful.

Zaim penulis buku produktif. Tidak kurang 15 judul buku ditulisnya. Beberapa sempat kubaca, Secangkir Kopi Max Havelaar: LSM dan kebangkitan masyarakat, Balada Kodok Rebus: catatan kritis seorang aktivis tentang krisis.

Karya bukunya, Tidak Syar’inya Bank Syariah, termasuk yang best seller. Setelah itu karya-karyanya banyak berkenaan seputar riba, dinar dirham.

Zaim Saidi pribadi yang ingin menjalankan agama yang dipeluknya secara utuh (kaffah). Itu hal semestinya, jika itu menyangkut peribadatan (ubudiyah).

Tidak cuma masalah peribadatan yang ingin utuh ia lakukan. Tapi juga hal-hal menyangkut muamalah keseharian. Sehingga ia terjebak pada pilihan sulit.