Jama’ah Al-Ikhwan Al-Muslimun membuat visi peradaban yang komprehensif yang bersumber dari keyakinannya yang mutlak bahwa di dunia ini tidak ada sebuah sistem yang dapat memberi berbagai aturan, kaidah, ikatan emosi, dan perasaan yang dibutuhkan oleh sebuah bangsa yang sedang bangkit, kecuali yang diberikan oleh Islam.
Al-Qur’anul Karim penuh dengan gambaran tentang berbagai aspek, serta berbagai contoh yang terkadang diberikan secara garis besar, tapi terkadang disampaikan secara rinci. Al-Qur’an memberikan solusi terhadap seluruh masalah manusia secara cermat dan jelas. Dan, Al-Qur’an juga memberikan memberikan cara bagi manusia mencapai tujuannya dengan sangat detil.
Al-Ikhwan menyakini bahwa ketika Allah Azza Wa Jalla menurunkan Al-Qur’an, memerintahkan hamba-hambanya untuk mengikuti Muhammad shallahu alaihi wa sallam, dan meridhai Islam sebagai agama mereka, maka Allah meletakkan didalam agama ini setiap prinsip yang dibutuhkan bagi kehidupan manusia dan bangsa secara menyeluruh agar mencapai kebangkitannya. Firman Allah Ta’ala :
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada disisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mreka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka”. (Al-A’raf:157)
Al-Ikhwan menyakini bahwa Islam mengandung setiap faktor kebangkitan dan unsur-unsur kekuatan utama yang dibutuhkan oleh berbagai umat dan kekuatan-kekuatan utama yang dibutuhkan oleh berbagai umat dan menjadi sandaran berbagai bangsa berupa :
Pertama, harapan yang luas. Al-Qur’an memberi umatnya berbagai cara yang mengeluarkan dari umat yang mati menjadi umat yang setiap elemennya memiliki kehidupan, tekad, harapan, dan keteguhan hati. Islam akan menjadikan putus asa bagi para peniti jalan kekufuran, pesimisme, serta jalan kesesatan. Firman Allah Ta’la :
“Dan Kami hendak memberi karunia kepad orang-orang yang terindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi. Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan Fir’aun dan Hamam berserta balatentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu”. (Al-Qashas : 5-6)
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badr) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (Ali Imran : 139-140)
“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir diantara Ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwea benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari siksa Allah. Maka Allah mendatangkan kepad mereka (hukuman) dari anak yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka, mereka memusnahkan ruma-rumah mereka dengan tangan-tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yagn mempunyai akal”. (Al-Hasyr : 2)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terhadahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolonganAllah itu amat dekat”. (Al-Baqarah : 214)
Kedua, merasa terhormat dengan nasionalismenya sebagai umat yang utama dan baik, serta memiliki beragai keistimewaan dan sejarahnya sendiri, hingga gambaran tersebut terpateri di dalam jiwa putra-putranya, sehingga mereka menebus kemuliaan dan kehormatan itu dengan darah dan nyawa mereka, bekerja demi kebaikan tanah air ini, kejayaan, dan kebahagiaannya. (Lihat Al-Qur’an : Ali Imran ayat 110, Al-Baqarah ayat 143, A-Munafikun ayat 8)
Ketiga, bangsa-bangsa yang bangkit membutuhkan kekuatan yang adil dan penempaan putra-putranya dengan karakter keprajuritan (pejuang), karena kekuatan merupakan jalan paling ampuh untuk membenarkan yang benar. Allah berfirman :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu”. (Al-Anfal : 60)
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia mat baik bagi kamu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia mat buruk bagimu”. (Al-Baqarah : 216)
“Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah”. (An-Nisa’ : 74)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti sesuatu bangunan yang tersusun kokoh”. (Ash-Shaf : 4)
Keempat, bagi bangsa-bangsa yang sedang bangkit, kekuatan saja tidak cukup. Sebagaimana semua bangsa membutuhkan kekuatan, ia juga membutuhkan ilmu pengetahuan yang mengimbangi kekuatan ini dan mengarahkannya kearah yang baik serta memberinya berbagai inovasi dan temuan yang dibutuhkannya. (lihat Al-Qur’an : Al-Alaq ayat 1-5, Az-Zumar ayat 9, Fathir ayat 27-28)
Kelima, banga-bangs yang sedang bangkit memerlukan moral yang baik, kuat, dan kokoh, jiwa yang besar dan agung, serta tegar. Karena ia akan menghadapi berbagai tuntutan era baru – masa kebangkitan – yang tidak bisa dicapainya kecuali dengan moral yang kuat, jujur, dan bersumber dari iman yang mendalam, keteguhan, yang kuat, pengorbanan yang besar, dan daya tahan yang kokoh. (lihat Al-Qur’an : Asy-Syam ayat 9-10, Ar-Ra’d ayat 11, Al-Ahzab ayat 23-24).
Keenam, bangsa-bangsa yang bangkit sangat membutuhkan manajemen ekonominya, danitu merupakan masalah yang paling penting di zaman ini. (lihat Al-Qur’an : An-NIsa ayat 4), dan Rasulullah shallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik harta adalah milik orang shaleh” (Shahih Buchari)
Ketujuh, berbagai aturan (system) bagi individu, keluarga umat, rakyat, pemerintahan, dan hubungan internasional. Seperti dijelaskan oleh pendiri Jamaah Al-Ikhwan, Ustadz Hasan Al-Banna menegaskan bahwa disamping pilar-pilar yan sudah disebutkan diatas yang berkaitan dengan kebangkitan umat secara langsung, Islam juga memberikan berbagai system pada semua tingkatan (level), dari individu hingga negara, untuk menegakkan masyarakat yang baik dan maju. Ustadz Hasan Al-Banna menegaskan:
“Ini merupakan satu diantara sekian aspek keindahan dalam sebagian system Islam,yatiu system yang berkaitan dengan kebngkitan umat, yang tengah menghadapi masa kebangkitan. JIka kita kaji seluruh aspek keindahan dalam setiap system Islam, maka kajian itu membutuhkan berjilid-jilid buku besar dan saling bersinggungan sisi-sisinya . Cukuplah bagi kita kalimat global, bahwa system Isalm yantg berkaitan dengan individu, keluarga atau umat, baik pemerintahan atau rakyatnya, serta hubungan antar bangsa telah merangkum berbagai sisi penghayatan, kecermatan, pengutamaan masalahat, dan penjelasannya. Ia merupakan system yang dikenal manusia, baik sekarang atau di masa lalu. Pernyataan ini didukung oleh fakta sejarah dan dikuatkan oleh penilian yang sifatnya empirik.
Jama’ah Al-Ikhwan Al-Muslimun sejak berdirinya (1928) telah merumuskan tugasnya dengan sejelas-jelasnya, dan telah dijelaskan oleh pendirinya, Imam Syahid dengan penjelasan yang paling gamblang. Imam al-Banna telah menentukan tugas tersebutdalam empat tugas dan tujuan pokok yaitu :
Pertama, membebaskan umat dari belenggu politik, dan membangunnya dari awal yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kedua, menegakkan system Islam yang komprehensif.
Ketiga, memerangi peradaban materi yang merusak kehidupan umat manusia.
Keempat, memimpin dunia dan membimbing umat manusia menuju jalan kebenaran sesuai dengan ajaran Islam.
Proyek peradaban Islami yang dicita-citakan Al-Ikhwan merupakan proyek kemanusiaan yang universal bertujuan mewujudkan sebaik-baik umat manusia secara umum. Proyek ini sangat luas dan membentang luas.
Hal-hal diatas yang menjadi dasar pandangan dan cita-cita (visi) yang ingin ditegakkan oleh Jama’ah Al-Ikhwan melalui gerakannya, yang sekarang telah berkembang di seluruh dunia. Sebuah gerakan menuju tatatan baru, khususnya bagi kehidupan kaum muslimin, yang semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan selaras dengan kehidupan umat manusia secara unviversal. (m)