Karena itu Pemuda Muhammadiyah selalu diopinikan sebagai organisasi radikal, Islam garis keras. Apalagi Pemuda Muhammadiyah, melalui Pedri Kasman, adalah organisasi pertama yang melaporkan kasus Al Maidah 51 yang melibatkan Basuki T. Purnama. Bahkan Dahnil ikut turun langsung dalam aksi 411, yg menjadi awal gerakan aksi 212.
Saat tingginya tensi politik ketika itu, Presiden mengundang tokoh2 umat dan pimpinan ormas. Dalam pertemuan tersebut, Dahnil mempertanyakan kenapa presiden tidak mengundang tokoh2 yg dianggap berseberangan seperti Habib Rizieq dan Ust Bachtiar Nasir. Pemuda Muhammadiyah juga menolak narasi terorisme yang dibangun pemerintah/aparat.
Tapi yang menarik Pemuda Muhammadiyah juga dituding sudah disusupi kelompok kiri. Karena terlibat dalam mengadvokasi atau memfasilitasi petani Kendeng dan Karawang yang berjuang untuk mendapatkan hak mereka. Apalagi Dahnil turut menyayangkan adanya penyerangan sekelompok orang terhadap kantor YLBHI karena diduga adanya kegiatan berbau PKI. Bahkan Pemuda Muhammadiyah ikut dalam aksi solidaritas dan beres-beres kantor YLBHI yang mengalami kerusakan.
Dahnil bisa leluasa dalam menyampaikan dan bersikap sesuai hati nurani karena dia berhasil dalam menjaga independensi. Terutama dalam hal keuangan. Pemuda Muhammadiyah di bawah Dahnil tidak pernah meminta-minta proyek kepada pemerintahan. Dalam sebuah silaturrahim di Istana, Presiden Jokowi sampai bertanya-tanya. Semua kegiatan tersebut, dari mana dananya? Bahkan Presiden bertanya, apakah boleh dia ikut membantu kegiatan Pemuda Muhammadiyah?