by M Rizal Fadillah
Dengan angkuh kelompok yang menamakan Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi akan menggunakan Tugu Proklamasi Jakarta sebagai tempat Apel Siaga dalam rangka menunjukkan adanya gerakan pembelaan kepada Jokowi. Berani mati lagi. Mencoba menjadi pasukan yang siap perang. Mungkin seperti cita-cita angkatan kelima dahulu. Apakah pasukan ini inisiatif sendiri atau restu bahkan perintah Jokowi ?
Kata orang betawi “lu jual gue beli”. Pasti atas gerakan pasukan yang entah menjilat atau kultus itu bakal banyak kelompok yang siap menghadapi. Jokowi di depan rakyat apakah mahasiswa, emak-emak, buruh, purnawirawan atau ulama bukanlah Presiden yang bagus tetapi banyak cacat. Cacat konstitusi, cacat demokrasi, hak asasi, penghianat ekonomi, birokrasi korupsi serta pencipta kesenjangan sosial. Keluarga yang hidup mewah-mewah.
Sedang dipantau siapa pasukan yang berkoar gagah-gagahan itu. Benar pasukan berani mati atau pasukan bayaran untuk sekedar hidup. Rakyat akan melihat profil puluhan ribu orang anggota pasukan “berani mati” itu. Berkumpul dengan militansi atau datang dengan tidak ngerti apa-apa yang penting uang transport dan nasi bungkus ?
Jika kelompok pasukan pembela Jokowi dapat menggunakan Tugu Proklamasi maka berikutnya akan datang bergelombang ratusan ribu bahkan jutaan orang yang akan menggunakan Tugu Proklamasi untuk mendesak pemakzulan, penangkapan dan peradilan Jokowi. Dipastikan yang datang bukan massa uang transport dan nasi bungkus, tetapi massa militan yang benar-benar berani mati. Tugu Proklamasi akan menjadi bukti dan saksi. Bisa reformasi atau revolusi.
Jika aksi “G 22 S Jokowi” serius dan merupakan potensi dari pembentukan pasukan angkatan kelima maka elemen gerakan umat Islam tentu siap untuk mengantisipasi dan menghadapinya. Sebagaimana peristiwa tahun 1965 maka penghianatan PKI dihadapi serius di samping oleh TNI juga oleh umat Islam. Gerakan nir-moral akan dilawan oleh kekuatan umat beragama. Pasukan berani mati membela Jokowi akan berhadapan dengan gerakan berani mati untuk menumbangkan Jokowi.
Namun jika pasukan berani mati itu hanya kumpulan “puluhan ribu” orang yang bermotif uang transport dan nasi bungkus, maka rakyat dan umat Islam tentu santai saja untuk mengantisipasinya. Jokowi sendiri dipastikan semakin terpuruk akibat ulah pasukan hasil mobilisasi itu. Jokowi yang mungkin awalnya mencoba mengkudeta dirinya untuk memperpanjang pengaruh kekuasaannya, justru akan semakin terpuruk dan menjadi bahan cemoohan rakyat yang tertawa berhaha hihi.
G 22 S Jokowi menjadi indikasi keruwetan dan kebingungan Jokowi di akhir ia duduk di atas kursi. Membangun dinasti nyatanya menginjak-injak demokrasi. Ya, paling bisa membentuk pasukan berani mati.
Akankah Jokowi hadir pada acara 22 September di Tugu Proklamasi untuk mulai mencanangkan aksi G 22 S Jokowi ?
Gerakan itu untuk menakut-nakuti oposisi dan penerus kekuasaannya nanti.
Jokowi mencoba mengaum sebelum mati.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 8 September 2024