UAS, Singapura dan Islamophobia

Dalam kesalehan sosial UAS mendorong agar ummat Islam membeli produk pedagang muslim meskipun kurang kompetitif. Sebab, dominasi pedagang muslim diperlukan untuk melindungi kestabilan ekonomi ummat Islam. Dalam doanya dia mendoakan kemenangan Islam atas Israel, suatu saat nantinya, khususnya mendoakanĀ  agar para anak-anak lelaki Islam menjadi seperti Muhammad Al-Fatih yang mampu menaklukkan, Konstantinopel, Romawi Timur, di era lalu.

Uraian UAS dalam sebuah ceramah di atas, yang saya saksikan langsung, adalah ajaran standar sebuah agama, khususnya Islam, di mana jawaban-jawaban atas persoalan sosial merujuk pada sejarah dan keyakinannya. Sekarang, misalnya, jika orang-orang Ukraina melakukan bom bunuh diri mempertahankan negaranya dari invasi Rusia, apakah itu sebuah kesalahan? Orang-orang Palestina dalam pandangan Islam adalah orang yang diinvasi oleh Israel dan bersikap mempertahankan diri. Dan itu mempunyai legitimasi keagamaan kata UAS. Perspektif seperti ini, mempertahankan diri, adalah wajar dan tidak radikal. Dan pula UAS adalah penceramah, buka seorang aksioner.

*Konflik masa lalu, masa kini dan Islamophobia*

Pada masa lalu, konflik Indonesia vs. Singapura terjadi ketika Sukarno, Aidit dan Nyoto melakukan gerakan “Ganyang Malaysia”. Singapura adalah bagian Malaysia. Tiga tentara Indonesia, pada tahun 1965, dikirim untuk membom berbagai tempat vital di Singapura, sebagai upaya penciptaan kepanikan. Harapannya, pembentukan Federasi Malaysia, yang dituduh Sukarno sebagai antek imperialisme Inggris, bisa digagalkan.