Pembangunan infrastruktur meliputi jalan tol, jalur kereta api, pelabuhan merupakan jualan utama Jokowi. Namun jualan utama itu sekarang justru berbalik menjadi beban utama.
Pembangunan Infrastruktur yang massif pada era Jokowi pada awalnya berhasil dikapitalisasi. Secara sadar dan terencana Jokowi memanfaatkannya untuk mendongkrak elektabilitas. Dia bahkan sampai membeli jam tayang ( blocking time ) beberapa stasiun tv. Tayangan pada episode infrastruktur itu merupakan iklan terselubung yang dikemas dalam format acara “Visi Presiden.”
Sejumlah survei menunjukkan infrastruktur merupakan sektor yang dinilai publik sangat berhasil. Jokowi sangat unggul di sektor ini.
Seiring berjalannya waktu, sektor ini mulai kehilangan pesonanya. Bank Dunia menilai infrastruktur Jokowi tidak direncanakan dengan baik, dan kualitasnya sangat rendah.
Audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menghasilkan kesimpulan yang hampir sama. Proyek infrastruktur Jokowi banyak yang tidak termanfaatkan dengan baik (idle).
Dalam laporan audit BPK Semester I Tahun 2018 banyak temuan yang merugikan keuangan negara dengan modus dan penyebab yang berulang.
Media massa melaporkan jalan tol Trans-Jawa kebanggaan Jokowi sangat mahal. Truk pengangkut barang menghindarinya. Sementara para pengusaha di sepanjang Pantai Utara (Pantura) mulai dari Brebes, Tegal, sampai Pekalongan, Jateng mengeluh karena dagangan menjadi sepi. Mereka terancam bangkrut. Para pengusaha gulung tikar dan ratusan ribu pekerja menganggur.